Satu hari menjelang tahun baru,atau tepatnya tanggal 30 Deember,1952 sebuah restaurant yang bernama Central Bar,di kota Padang,dipenuhi oleh pengunjung. Suara musik diputar dengan volume yang sengaja dibesarkan. Agaknya,agar tidak kalah bersaing dengan hiruk pikuknya suara gelak ketawa dan bunyi gesekan sendok garpu,serta piring makan.
Semuanya seakan akan merupakan symponi yang tercipta ,antara suara ketawanya orang orang yang hidupnya berkelimpahan, dengan nada musik yang menghangatkan suasana.Entah hiruk pikuk itu sungguh sungguh melahirkan keharmonisan suatu symponi atau tidak,bukan menjadi masalah ,bagi mereka. Yang penting dapat mereguk kenikmatan hidup ,melalui makanan yang enak dan minuman aneka ragam.
Sementara itu,di balik teralis yang terbuat dari besi ,bercat biru muda,seorang anak laki laki berusia 9 tahun berdiri,bagaikan terpukau melihat semua kesibukan tersebut. Ia memperhatikan dengan seksama, bagaimana orang memasukkan makanan sesendok demi sesendokkedalam mulut mereka. Ia juga melihat dengan penuh antusias orang makan roti dengan keju,sambil sesekali menelan air liurnya. Alangkah bahagianya jadi orang kaya…pikirnya
Tiba tiba ia melihat ,seorang pria berbadan gemuk dan berpakaian necis,melambai lambaikan tangan kearahnya. Ia mencoba melihat kekiri, kekanan dan kebelakang. Karena ia tidak yakin,bahwa dirinya yang dipanggil.
Tetapi disekelilingnya tidak ada seorang anakpun ,kecuali dirinya. Takut takut berani ia maju mendekati pria tersebut. Dengan suara gemetar ia bertanya:” Maaf,Om memanggil saya?”
“Ya,benar,ini ada roti keju ,untuk kamu nak” ,kata si Om dengan ramah ,sambil mengulurkan sepotong roti keju. Dengan tangan gemetaran si anak menerima pemberian tersebut. Bagi dirinya ,sepotong roti keju ini bagaikan makanan dari surga.
Sudah lama ia mendambakan untuk dapat mencicipi ,bagaimana rasanya makan roti dengan keju. Namun ia tahu diri dan menyadari bahwa hanya anak anak orang kaya lah yang dapat menikmatinya.Sambil mengucapkan terima kasih berulang kali, si anak memandangi wajah lelaki yang baik hati tersebut, seakan akan ingin me materi wajah tersebut dilubuk hatinya yang terdalam.
Berbagi kepada Ibunda Tercinta
Tiba dirumah, ia memperlihatkan pada ibunda tercintanya,sambil bercerita dengan ceria,bagaimana ia memperoleh roti tersebut. Berulang kali ia mendesak,agar ibunya mencoba roti tersebut,karena ia tahu pasti,ibunya juga belum pernah menikmati apa yang namanya roti keju. Tetapi ,walaupun seorang wanita sederhana,ibunya memahami bahwa sudah lama anaknya merindukan makanan tersebut. Maka ia hanya menggigit ujung rotinya saja dan mengembalikan lagi kepada putranya. “Makanlah nak,”katanya dengan mata berkaca kaca.
Anak lelaki ini duduk disudut dinding rumahnya yang terbuat dari bambu yang disusun,sambil menikmati rasa roti keju dengan mata yang merem. Malam itu ia tidak minum air sama sekali,bahkan ia tidak mau mencuci tangannya. Ia ingin menikmati rasa roti keju itu selama mungkin.Malam itu ia bermimpi indah ,sambil tersenyum bahagia..
Tetapi tahun tahun berikutnya, si Om yang baik hati,tidak pernah lagi ditemukannya. Kabarnya sudah pindah ke Jakarta…
25 tahun berselang……..
Seorang pengusaha muda sedang duduk menikmati secangkir kopi hangat,sambil mendengarkan alunan musik lembut,dirumahnya yang luas dan dilengkapi dengan taman dan paviliun.Tiba tiba pembantunya masuk dan berkata:” Tuan,ada tamu yang ingin ketemu”
“Oya?.kamu persilakan masuk,”Beberapa detik kemudian, didepannya berdiri seorang lelaki tua,dengan pakaian agak lusuh.
Sesaat ia menatap lelaki itu dan tiba tiba jantungnya berdebar keras. Ia melangkah mendekat dan benar,ia yakin ,inilah si Om yang dulu pernah memberinya sepotong roti keju.
Ia mengulurkan tangannya kepada si lelaki tua,sambil berkata:” Om lupa pada saya ya?”
Orang yang di panggil Om,agak gugup,menjawab:” Maaf pak,saya lupa…”
“Aduh,panggil saja nama saya om. .Om adalah orang yang telah memberikan pada seorang anak laki laki.sepotong roti keju 25 tahun lalu di Central Bar. Anak itu adalah orang yang saat ini berdiri di depan Om. Dan roti yangOm kasihkan itu tetap awet dalam ingatan dan hati saya ,serta tidak mungkin saya lupakan semur hidup”
Mereka berpelukan ,sambil menangis terharu.
Rupanya si Om yang baik hati,sejak pindah ke Jakarta mengalami kebangkrutan dan pulang ke kampung halamannya. Dan tanpa disadarinya ia bisa bertemu dengan anak laki laki yang dulu pernah diberinya sepotong roti keju ,yang sekarang sudah jadi pengusaha muda .
Kalau dulu si anak kecil yang gemetaran tangannya menerima sepotong roti keju.kini giliran si Om yang gemetaran,menerima emplop dari tangan di anak yang dulu menerima sepotong roti dari tangannya.
Refleksi
Kisah ini bukanlah fiksi ,tapi secarik dari catatan harian saya. Saya berkeyakinan,bahwa orang tidak hanya harus berbagi tentang kesuksesan dan keberhasilan saja,tetapi juga harus berani juga menampilkan sisi sisi gelap dalam hidupnya. Agar jangan membius orang dengan kesuksesan semata.tanpa menjelaskan bahwa sukses itu tidak jatuh dari langit.
Hari ini ,tanggal 30 Desember,2013.berarti 61 tahun lalu,saya menerima sepotong roti keju dari si Om yang baik hati. Namun walaupun rotinya sudah lama menyatu dalam darah saya dan si Om yang baik hati juga sudah berbahagia di Surga sana, tapi sepotong roti itu tetap awet dalam hati dan jiwa saya..
Setiap kali saya makan roti dan keju,saya selalu terbayang,bahwa diluar sana ,ada jutaaan anak yang tidak pernah merasakan seperti apa rasanya roti keju itu. Hal inilah yang senantiasa memotivasi saya ,untuk berbuat sesuatu ,guna meringankan beban mereka.,dengan gaya dan cara saya sendiri.Dan saya bersyukur tak henti hentinya kepada Tuhan,yang telah menganugerahkan kesehatan dan kecukupan bagi saya,untuk bisa berbuat sesuatu dan menjadikan hidup saya bermanfaat bagi orang lain.
Padang,30 Desember,1952 – Perth, 30 Desember,2013
Tjiptadinata Effendi
No comments:
Post a Comment