Tuesday, November 25, 2008

Perubahan yang Kita Butuhkan

Perubahan yang Kita Butuhkan
Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani qs
Kamis, 6 November 2008
Chicago, Illinois - Amerika Serikat

Bosnian Mosque, Northbrook


Semoga Allah merahmati Imam Senad dan komunitasnya. Merupakan
kehormatan bagi kami berada disini dan Imam Senad dengan tangan
terbuka menerima kami di masjid ini.
Pertama, kita akan melaksanakan zikir, kemudian ada sohbet pendek,
lalu kita akan saksikan akad nikah, insya Allah.
Setelah mendapat ijin dari Imam Senad,
[Zikir]
A'udzu billah min asy-syaitan ir-rajim

Bismillahir-Rahmanir-Rahim

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم كلمتان خفيفتان على اللسان ثقيلتان في الميزان حبيبتان إلى الرحمن سبحان الله وبحمده سبحان.

Kalimatan khafiifataan 'ala al-lisan thaqiilataan fil-miizaan. Dua
kalimat yang ringan diucapkan namun berat timbangannya di Hari Kiamat.
Kalimat ini akan menghapus dosa-dosa, bahkan jika dosa tersebut
sangat berat, dua kalimat ini akan menghapusnya.
Rasulullah SAW menganjurkan dua kalimat ini kepada para Sahabat agar
diamalkan, yaitu Subhaanallaahi wa bihamdihi Subhaanallaahil 'Azhim

Astaghfirullah
. Kalimat ini cukup kuat untuk menghapus dosa apapun.

Kita hidup di dunia ini yang berlari sangat cepat menuju tujuan
akhirnya. Manusia mengira mereka akan hidup selamanya. Namun,
sebagaimana yang Allah SWT jabarkan kepada kita dalam Kitab Suci al
Qur'an:

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

Innaa 'aradhnaa amaanata 'alas samaawaati wal ardhi wal jibaali fa
abaina ay yahmilnahaa wa asyfaqna minha wa hamalahal insaanu innahuu
kaana zhaluuman jahuulaa
,
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, namun semuanya enggan untuk memikul amanat itu karena
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh, (QS
Al-Ahzab [33]:72)

Kita telah diberikan harta ini, Allah SWT berfirman, "Kami telah
menawarkan amanat kepada langit, bumi," dan mereka menolak, "Tidak, Ya
Rabbi! Kami tidak sanggup mengembannya. Ini sulit." Manusia menjawab,
"Kami bisa mengemban amanat itu," dan Allah SWT menyebut manusia
sebagai zhaluuman jahuulaa. Mengapa manusia mau memikulnya? Langit
dan bumi menolak, "Tidak, kami tidak bisa mengembannya. Jangan
pikulkan amanat tersebut kepada kami." Karena jika langit dan bumi
mengembannya dan gagal, maka Allah SWT akan menghancurkan jagad raya
ini. Itulah mengapa kalian melihat jagad raya disini. Itulah amanat
yang manusia emban. Itulah mengapa Allah SWT menimpakan bencana atas
manusia, tapi berpengaruh terhadap planet bumi. Siapakah yang terkena
dampak jika ada banjir? Kita, manusia. Karena kita berani memikul
amanat tadi. Jika kalian ingin harta itu, maka jagalah agar harta itu
tetap bersih sebagaimana Aku memberikannya kepada kalian. Jika tidak,
Aku harus membersihkan kalian. Apakah kalian membiarkan anak laki-laki
atau perempuan kalian kotor? Apakah kalian membiarkan diri kalian juga
kotor? Tentu tidak, kita bergegas mandi.

Jadi, mengapa kita membiarkan harta kita kotor? Kita membaca Kitab
Suci al Qur'an, membaca hadis-hadis suci dan meletakkan ayat-ayat
dari Kitab Suci al Qur'an di rumah dan sekolah. Namun, apakah kita
mengambil hikmah dari ayat-ayat tersebut?

Melihat – semua orang melihat bayinya Masud dan mereka senang. Mengapa
kita tidak tersenyum untuk menjaga harta kita tetap bersih? Mata semua
orang selalu menengok ke orang yang tidak berdosa (seperti bayi ..pen)
Namun mata kita tidak menengok ke orang dewasa, karena kita penuh
dosa. Itulah perbedaan utamanya.

Awliyaullah mampu menyeimbangkannya. Mereka punya penglihatan itu.
Mereka tidak menyukai apapun dalam jagad raya ini. Satu-satunya yang
mereka inginkan adalah bagaimana agar mereka dari hari ke hari semakin
dekat ke Hadirat Ilahi agar sampai ke tujuan mereka. Hari ini kita
menyetir untuk sampai ke sini dan kami menghitung menit demi menitnya,
berapa menit lagi kami sampai. Kami ingin sampai di tempat tujuan.

Semua orang ingin sampai ditempat tujuannya. Kita mengebut untuk
sampai disini jam 8, agar sampai di tujuan tepat waktu. Jiwa kita juga
mengebut untuk sampai tujuannya. Tubuh kita tidak menginginkan itu.
Karena tubuh mengemban amanat tersebut. Jiwa kita bersih karena tidak
menginginkan amanat itu. Sedangkan tubuh bodoh dan zalim.

Dunya pun mengejar tujuannya. Tidak seorangpun dapat menghentikannya.
Para Imam, presiden, raja pun tidak bisa menghentikan tujuan Dunya
yang sedang mencapai tujuan akhirnya agar mencapai tujuan-tujuan kita.
Akhir itu semakin mendekat. Awliyaullah punya sebuah komputer -kalian
perhatikan kini komputer sudah sangat sangat canggih- komputer sangat
kecil dan punya semuanya. Ketika waktu sholat datang, komputer
menyerukan azan. Waktu Zuhur datang, komputer menyerukan azan.
Bagaimana komputer bisa tahu? Dengan mengkalkulasikan detik. Kalian
tidak punya aplikasi seperti ini. Apakah Anda punya, Imam? Saya punya
1 buah disaku. Selesainya di waktu sholat 'Isya. Benda itu menyerukan
azan.

Planet bumi ini bergerak menuju tujuannya untuk melakukan sajdah. Ya
Rabbi, saya mendekati tujuan, saya melakukan perjalanan dengan cepat
untuk mencapai-Mu. Tidak satupun bisa menghentikannya.

Awliyaullah tahu tanda-tandanya. Awliyaullah hidup dengan tanda-tanda
tersebut. Tanpa pertanda, Rasulullah SAW memprediksikan tanda-tanda
Hari Kiamat, berakhirnya jagad raya ini.

Ketika Jibril menanyakan 3 buah pertanyaan kepada beliau tentang
Islam, iman dan ihsan. Kemudian Jibril bertanya lebih lanjut,
"Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat?" dan Rasulullah SAW
menjawab, "Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang
bertanya." Kemudian Jibril bertanya, "Beritahukanlah kepadaku
tanda-tandanya?" dan Rasulullah SAW menyebutkan tanda-tanda Hari
Kiamat. Salah satunya: orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang
miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan
gedung-gedung tinggi. Mengubah gurun pasir menjadi surga, surga dunia.

Awliyaullah menghitung Hari Kiamat dari waktu ke waktu. Nah, apakah
yang Awliyaullah lakukan? Mereka berada di hadirat Tuhan mereka.
Rasulullah SAW bersabda, "Waktu terbaik bagiku adalah ketika sedang
sholat." Mengapa Syaikh? Bagi Rasulullah SAW waktu terbaiknya adalah
saat sedang sholat. Bagi Awliyaullah, kapankah waktu terbaik bagi
mereka? Dalam sholat mereka. Ketika kalian membaca al-Fatihah, kepada
siapa surat itu kalian tujukan? Alhamdulillah. Ya Rabbi, segala puji
bagiMu. Ar-Rahman ar-Rahim, kalian sedang berbincang langsung kepada
Allah SWT dan salam, rasa hormat serta menerima bahwa Engkau-lah Tuhan
kami. Jadi, mengapa kita berdo'a dengan tergesa-gesa?

Jika kalian bersama seorang gadis ..., (dia tersenyum). Anda
mengundang gadis itu hari ini untuk sekedar minum kopi atau teh,
mengapa? Saya tidak memberikan contoh ini, karena memang itulah yang
terjadi. Dan anda ingin bicara dengannya, kan? Anda berusaha
memperpanjang atau menyingkat waktu? Anda berusaha memperpanjang waktu
bersama gadis itu, mengapa? Karena hasrat anda mendesak anda melakukan
itu.

Lalu bagaimana dengan hasrat kita untuk memperpanjang waktu saat
kalian sedang sholat? Malah sebaliknya, kita mempersingkatnya, ya
Imam? Kita selalu tergesa-gesa. Itu sebuah contoh kecil. Itu terjadi
pada kita semua. Saya tidak membuat pengecualian pada kita. Kita semua
seperti itu.

Kaum ulama memberikan ceramah hari ini di mimbar atau memberikan
presentasi di sekolah-sekolah atau universitas berusaha membahasa
persoalan sangat penting yang sedang muncul. Mengapa para ulama
berbicara terlalu tinggi. Perhatikanlah yang dibawah kalian. Kalian
memperpanjang atau menghabiskan waktu kalian dengan seorang wanita
atau teman-teman, namun kalian memperpendek waktu kalian bersama Allah
SWT ketika sedang melakukan sholat.

كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

Kullu hizbin bima ladayhim farihoon - Tiap-tiap golongan merasa bangga
dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)." (QS. Al
Mu'minuun [23]:53)

Kami membuat tafsir dari ayat ini.. Mereka menerjemahkan menjadi 100
makna berbeda. Namun salah satu maknanya adalah bahwa anda selalu
bersama pengikut setan, karena anda selalu berupaya menghabiskan waktu
anda untuk selain Allah, sedangkan pada saat sholat menghadap Allah,
anda mempersingkat waktunya.

Apa yang Awliyaullah lakukan? Mereka memperpanjang sholat mereka,
mereka memperpanjang sholat hingga sempurna. Itulah mengapa dalam
sholat tarawih, Awliyaullah memanjangkan sholat agar bisa membaca
Kitab Suci al Qur'an dalam sholatnya. Bukan pada masa Rasulullah SAW
melafalkan Kitab Suci al Qur'an hingga khatam dan bukan pada masa
Rasulullah SAW membaca Kitab Suci al Qur'an hingga khatam. Namun
dimulai pada masa ke-Khalifah-an Sayyidina 'Umar (r.a), mereka
menjadikannya 20 raka'at dan kini mereka memutuskan untuk melafalkan
seluruh juz dalam Kitab Suci al Qur'an.

Mengapa? Supaya mereka dapat berlama-lama di Hadirat Allah SWT. Jadi,
kita harus memperpanjang sholat (tidak tergesa-gesa) agar kita bisa
lebih lama di Hadirat Allah SWT.

Apa yang kalian punya dalam 5 Rukun Islam: syahadatu an la ilaha

illa-Allah wa anna Muhammadan 'abuduhu rasuluhu wa iqaamus shalaat, wa
ita-uz zakat, wa shawmu Ramadhaan wa hajjul bayti
. Perhatikan,
SubhanAllah dalam sholat ada 5 Rukun.

Awliyaullah tidak buta, mereka melihat. Saat kalian mengucap Allahu

Akbar
, … hah? Iqaamus shalaat. Kalian ada didepan Ka'bah. Saat kalian
duduk tahiyat: asyhadu an la ilaha illa-Allah wa asyhadu anna

muhammadan 'abduhu wa rasuluh


Jadi, ada 2 buah Rukun disana. Saat mengucap "Allahu Akbar" kalian
tidak dalam kondisi makan dan minum. Jadi, kalian sedang puasa. Saat
mengucap "Allahu Akbar" kalian tidak sedang bekerja. Kalian
mengerjakan amal. Pada saat itu, kalian sanggup bekerja namun kalian
meluangkan waktu, kalian mengisi waktu itu dengan ibadah sholat.

Jadi, saat mengucap "Allahu Akbar" kalian ada dihadapan Ka'bah. Jangan
pikir kalian tidak ada disana. Bagi yang tidak bodoh dibawa
Awliyaullah ke Ka'bah. Namun kita tidak dapat melihatnya. Ada tabir
pada diri kita. Kalian saat sholat melihat tembok atau imam. Namun
sesungguhnya, kalian bukan sholat menghadap tembok, kalian sholat
menghadap Ka'bah. Apakah Allah SWT tidak punya kekuatan untuk
menyingkirkan tabir untuk memperlihatkan kepada kalian bahwa ada di
hadapan Ka'bah? Kita berucap, "Allahu Akbar," bahwa "Allah Maha
Besar!" Apakah Dia tidak bisa menyingkirkan tabir dan memperlihatkan
Ka'bah kepada kalian? Kini, kalian menyalakan TV dan melihat Ka'bah.
Tidak bisakah Allah SWT menyalakan TV surgawi dan membawa kalian ke
Ka'bah? (Tentu bisa) Namun ada tabir pada kita. Bukan Allah yang
membuat tabir itu, tapi kitalah yang memberi tabir pada diri kita
sendiri.

Dunya ini bergerak menuju tujuannya. Tahun lalu di bulan Maret
tepatnya pada Maulid an-Nabi SAW pergerakan dunya dimulai. Mereka
membukakannya. Mereka membukakan kepada orang-orang untuk melihat;
bagi orang-orang yang tahu bahwa ada perubahan yang datang. Perubahan
tersebut adalah sebuah pembukaan agar sesuatu besar yang akan terjadi.
Awliyaullah menunggu, menunggu dan menunggu sesuatu yang akan terjadi
itu. Dari bulan Maret tahun lalu di California, banyak orang mendengar
itu. Banyak pesan datang bahwa sebuah perubahan akan terjadi.
Perubahan itu terjadi.

Jangan pikir tidak ada Awliyaullah yang telah diberikan otoritas oleh
Allah SWT atas dunia ini. Mereka punya otoritas atas dunia ini. Allah
SWT memberikan kekuatan itu pada Awliyaullah.

Dengan perintah Mawlana, 2 minggu yang lalu saya datang ke sini dan
dengan perintah Mawlana minggu ini saya datang ke sini. Kedatangan ini
bukan karena saya ingin datang atau karena Anda mengundang saya. Dua
tahun yang lalu saya tidak datang. Namun ada sebuah pesan penting
untuk disampaikan, minggu ini juga harus disampaikan.

Saat Awliyaullah ingin kalian melihat, maka kalian akan melihat. Saat
Mawlana Syaikh ingin kalian melihat, maka kalian akan melihat. Kalian
bukanlah sang Syaikh. Kalian adalah domba. Saat domba jantan ingin
melihat, dia bisa membawa seluruh kawanan kembali ke rumah demi
keselamatan.

Dan apakah yang dimiliki oleh para pemburu? Mereka punya anjing untuk
mengantarkan mangsa kepada pemburu. Mangsa. Kalian mengirim anjing
kemana-mana untuk menggiring mangsa untuk datang. Ada sebuah pesan
pada orang itu 2 minggu yang lalu. Orang yang bertanggung jawab atas
seluruh wilayah secara spiritual. Tiap wilayah diseluruh dunia ada
dibawah tanggung jawab seorang wali. Dan Sultan al-Awliya bertanggung
jawab atas seluruh dunia. Ada sebuah pesan untuk disampaikan kepada
seorang yang bertanggung jawab atas wilayah Midwest dan ucapan selamat
kepada wali yang bertanggung jawab tersebut.

Jadi, Awliyaullah tidak terhijab. Saat Awliyaullah ingin mengirim
sebuah pesan, mereka tinggal mengirimnya.

Nah, Mawlana Syaikh ingin mengirimkan pesan tersebut. Karena inilah
abad perubahan semakin mendekat. Ada sesuatu yang akan berubah di
seluruh dunia, dari buruk menjadi baik. Allah SWT tidak mengubah dari
baik menjadi buruk. Allah SWT mencintai para hamba-Nya - Dia
menghendaki perubahan dari buruk ke baik.

Itulah mengapa judul sohbet ini "Perubahan yang Kita Butuhkan". Mereka
tidak boleh mengubah judulnya. Awliyaullah mengubah inspirasi dihati
mereka untuk berubah dan perubahan pun terjadi. Dan dengan situasi
baru ini, ada sebuah perubaha besar tang akan terjadi bagi semua orang
dengan merasakan kebahagiaan, semua orang bersyukur kepada Allah SWT
karena inilah persiapan untuk dunia ini mencapai tujuannya. Saat dunia
ini mencapai tujuannya, kita mencapai tujuan kita.

Berkali-kali saya bertanya kepada Mawlana Syaikh (semoga Allah memberi
beliau panjang umur) tentang kaki beliau. Karena kaki beliau bengkak
dan beliau selalu menolak untuk diobati. Mengapa?

Orang-orang bertanya-tanya. Kami bertanya-tanya, namun saat beliau
ingin kalian tahu, maka kalian akan tahu. Beliau ingin menanggung rasa
sakit agar para pengikut beliau tidak akan merasakan sakit di dunya
atau akhirat. Beliau memikul rasa sakit ini, agar para pengikut beliau
tidak merasakan sakit di dunya atau akhirat serta beliau akan
mengorbankan keselamatan dan kenyamanan beliau demi kita agar bisa
merasa nyaman.

Awliyaullah tidak bertindak tanpa ijin. Kini adalah waktunya dimana
Allah SWT pun menguji para wali. Berapa kalikah Rasulullah SAW ditimpa
kesulitan sedangkan beliau adalah Penutup para Nabi? Beliau diberikan
kesulitan demi tubuh suci beliau. Tubuh beliau suci dan ikut pergi
saat Mi'raj dan masih saja beliau diperlakukan dengan buruk oleh
kaumnya dalam Perang Uhud. Pasa saat itu mereka mematahkan gigi
beliau. Peristiwa itu terjadi setelah Mi'raj. Seseorang yang Mi'raj
dengan tubuh sucinya dan kembali lagi ke dunia ini, Allah SWT tidak
pernah meninggalkan beliau sendiri: "Ya Muhammad, angkatlah kesulitan
dari Ummah." Untuk mengangkat kesulitan, beliau harus mengalami patah
gigi. Itu sangat sakit.

Allah SWT menguji Awliyaullah -jangan pikir Allah SWT tidak akan
menguji mereka. Allah SWT ingin para Awliyaullah memikul sebanyak
mungkin tanggung jawab para pengikut mereka. Seperti seorang Syaikh
dan wali yang kalian punyai. Kaum ulama adalah anak-anak dipintu
Awliyaullah. Mereka bukanlah Awliyaullah - mereka adalah orang-orang
yang belajar dan yang masih punya kesombongan, kebanggaan, hawa dan
nafsu. Karena mereka masih belum mau berusaha berjuang melawan
perilaku ini untuk mencapai tingkat ihsan. Maka mereka tidak
memperoleh lebih dari tingkat pertama dari 2 tingkat. Awliyaullah
sudah jauh dalam maqam al-ihsan untuk mengubah tingkah laku mereka
menjadi lebih baik.

Saya pernah berkali-kali melihat Mawlana, setelah semua orang
tertidur, beliau mengambil sampah didalam rumah, dan memperlihatkan
kepada saya, apa yang dilakukan seorang ulama dan yang dilakukan
seorang yang mengaku wakil atau deputi. Beliau mendatangi tempat
sampah dan tidak bicara apa-apa kepada semua orang. Beliau mengambil
sampah dan melihat sekerat roti, beliaupun mengambilnya. Beliau
melihat makanan itu disana dan mengambilnya. Menyimpannya dan kemudian
pada hari berikutnya, beliau tidak makan apa-apa dimalam hari karena
tidak merasa lapar. Tapi pada hari berikutnya saat orang-orang makan
di meja makan beliau, beliau membawa makanan yang diambilnya dari
tempat sampah dan memakannya. Aku melihat itu ratusan kali. Tidak saat
ini, namun ketika beliau ada di Damaskus tahun 1980an. Tunjukkan pada
saya kalau ada ulama yang melakukan dialog antar agama mau melakukan
seperti itu. Tidak, mereka membuang-buang makanan. Maulana Syaikh
tidak pernah membuang nikmat apapun dari Allah SWT.

Allah SWT meninggalkan Fira'un. Allah SWT berfirman, "Aku akan
menghancurkan Fira'un demi Sayyidina Musa." Mengapa Allah SWT tidak
menghancurkan Fir'aun pada 40 tahun sebelumnya? Karena Fir'aun
mempunyai kebiasaan mengumpulkan remah-remah makanan yang berjatuhan
dari meja. Fir'aun mengumpulkan dan memakan remah-remah tersebut.
Fir'aun berkata, "Aku tidak bisa membuang remah-remah ini karena
inilah nikmat dari Allah."

Karena saat tujuan datang -karena kita berada dijalan menuju tujuan
akhir- dan tujuan mendekat. Jadi, persiapkan diri kalian untuk tujuan
tersebut. Nah, saat tujuan akhir/masa hidup Fir'aun mendekat, setan
datang dan berkata, "Kau sudah menyimpan makanan dan remah-remah.
Kenapa? Kau kan Tuhan! Tinggalkan itu!"

Berapa kali kita membuang remah-remah bekas kita makan? Di meja kita
dan di lantai. Bukan hanya itu, kita mengambil makanan dan
membuangnya.
Saya tidak berencana membicarakan ini dan Mawlana Syaikh bersikeras
untuk mengatakan bahwa perubahan mendekat. Dan perubahan tersebut
mulai pada Maulid an-Nabi SAW dibulan Maret. Sebagian orang di
California mendengar dan melihat perubahan itu. Barang siapa yang
memahami, maka dipahami maksud dari perubahan tersebut.

Mawlana menyebutkan nama seseorang yang sedang datang. Dan orang itu
sudah datang sekarang. Dan kami akan melihat perubahan apa yang akan
terjadi. Ini bukanlah perubahan beliau dan bukan juga perubahan para
pengikut beliau. Bukan, ada sebuah perubahan surgawi mendekat.
Perubahan menjadi lebih baik. Bukan hanya bagi kaum Muslim, tapi buat
semua orang. Allah SWT tidak membedakan siapa yang Muslim dan yang
tidak. Tapi perubahan bagi semua orang. Urusan akhirat lain lagi.
Allah SWT memberikan sebuah perubahan yang sudah dinanti-nanti. Jangan
lupa membaca, "Subhaanallaahi wa bihamdihi Subhaanallaahil 'Azhim

Astaghfirullah
."




SufiLive.com > Transcript
"Change We Need"
Mawlana Shaykh Hisham Kabbani | Thursday, Nov 06, 2008 | Chicago, IL US

Bosnian Mosque, Northbrook
May Allah bless Imam Senad and his community. It is an honor for us to
be here and that he opened the mosque for us.

We will first do dhikr and then short talk and then perform a
marriage, insha-Allah.
After Imam Senad's permission,
[Dhikr]


Audhu billah min ash-shaytan ir-rajeem
Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Raheem
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم كلمتان
خفيفتان على اللسان ثقيلتان في الميزان حبيبتان إلى الرحمن سبحان الله
وبحمده سبحان.
Kalimatan khafeefataan `ala al-lisan thaqeelataan fi 'l-meezaan.

Two words that are light on the tongue and heavy on the scales in Day
of Judgment. These words will erase sins, even if the sins are too
heavy they will erase them. The Prophet (s) recommended these two
words, to Sahaba to recite them. SubhanAllah wa bihamdihi SubhanAllah
il-`adheem, istaghfirullah. They are strong enough to erase any sins.

We are living in a world that is running so fast towards its
destination. People they think that they are going to live forever.
But we are, as Allah described us in Holy Qur'an:
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا
وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Inna `aradnaa alamaanata `ala as-samaawati wa'l-ardi wa'l-jibaali fa
abayna an yahmilnaha wa ashfaqna minha wa hamalaha al-insaanu innahu
kaana dhalooman jahoola,

We did indeed offer the Trust to the Heavens and the Earth and the
Mountains; but they refused to undertake it, being afraid thereof: but
man undertook it;- He was indeed unjust and foolish;- Al-Ahzab [33:72]

We gave this trust, Allah is saying, "I offered My trust to the
heavens and earth," and they said, "no Ya Rabbee! we cannot carry it.
It is difficult." Human being said, "We can carry it," and Allah
described human being as dhalooman jahoolan. Why to carry it. Heavens
and earth said, "No we cannot carry it, don't send it on us." Because
if they carried it and didn't fulfill it then Allah swt would have
shattered this universe. That is why you see this universe is here.
That is what human beings took. That is why Allah disasters come on
human being. The earth is not affected. If there is a flood who is
affected? Us. Because you took the trust. If you want the trust keep
it clean as I gave it to you. If you make it clean I have to clean
you. Do you keep your son dirty or your daughter? Do you keep yourself
dirty? No we go and take a shower.

Why we are keeping our trust dirty. We read Holy Qur'an and we read
holy hadith and we put all these verses of Holy Qur'an in our homes
and in our schools but what we are taking wisdom out of it.

Looking – everyone is looking at Masud's baby and they are happy. Why
don't we smile to keep our trust clean. Everyone's eyes are diverted
to an innocent person always. But our eyes are not diverted towards
each other because we are sinful. That is the big difference.

Awliyaullah they can balance it. They have that vision. They don't
like anything in this universe, the only thing they like is that how
much they are closer day by day to the Divine Presence. To reach their
destination. We were driving today to come here and we were counting
the minutes, how many minutes left. We want to reach our destination.

Everyone likes to reach his destination. We were running to be here by
eight o'clock to reach our destination to reach on time. Also our
souls are running to reach their destinations. Our bodies, they don't
want. Because they carried the trust. The soul was clean, it didn't
carry the trust. The body is ignorant and oppressor.

This dunya is running to its destination. No one can stop it. Imams,
presidents, kings. They cannot stop the destination that is coming the
end goal for reaching our destinations. It is coming. Awliyaullah they
have a computer, you see these very very advanced computers today,
they are very small, they have everything when the time comes, the
computer calls adhan. Dhuhr time comes the computer calls adhan. How
does it know? It is calculating the second. You don't have one of
these. Imam you have one? I have one in my pocket. Finished `Isha
time. It calls the adhan.

This earth is moving to its destination to make sajda. Ya Rabbee, I
have come to my destination, I am traveling fast to reach you. No one
can stop it.

They have signs, awliyaullah. They live with signs. Without signs,
the Prophet (s) predicted signs of the last, of the end of this
universe.

When Jibreel asked him three questions, about Islam, iman and ihsan
and then asked him the more questions, "when is the time of the
Judgment Day?" and the Prophet (s) said, "The one asking knows more
than the one asked." Then Jibreel asked, "what are the signs of the
last days?" and the Prophet (s) mentioned one of these signs in that
hadith: that desert people who are living in desert will compete in
building high rises, turning deserts into paradises, dunya paradises.

Awliyaullah are counting moment by moment. So what do they do? They
are in presence of their lord. The Prophet (s) said, "the best time I
am in is when I am in prayers." Why shaykh? The Prophet (s) for him
the best time for him is in the prayers. For awliyaullah when is the
best time for them? In their prayers. When you recite al-Fatiha, whom
are you addressing. Alhamdulillah. Ya Rabbee, praise be to You.
Ar-Rahman ar-Raheem you are directing your conversation to Allah and
your salutation and your respect and acceptance that you are our Lord.
So why then we pray quickly?

If you are with a girl, … he is smiling. You invite her today for a
coffee or a tea, why? I am giving that example because it is
happening. And you want to speak with her is it not. Are you trying to
stretch the time or shrink it. They try to stretch the time, why?
Because their desires asking them to do that.

What about then the desires to stretch the time when you are in a
prayer? Instead of that we shorten it, Ya imam? We are in a rush. That
is a small example. That all of us, I am not excluding us, all of us
are falling into it.

Scholars go and speak today on the minbar, or give presentations in
schools or in university touching on issues that are very high issues.
Why are you flying so high. Look at your bottom. You stretch your time
with a lady or a body but you cut your time with Allah swt when you
are praying.

كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
Kullu hizbin bima ladayhim farihoon - Every party with what they have
are happy". Al-Mu'minun [23:53]

We are making tafsir to this ayah.. They translated with 100 different
meanings. But one of the meanings is that you are with Hizb
ash-Shaytaan you are trying to stretch your time with that one but in
the prayer you are with Allah and you are shortening your time.

Awliyaullah what do they do? They stretch the time, when they are in
prayer they like to stretch the prayer completely. That is why in
taraweeh they stretch the prayer in order to recite the Holy Qur'an.
It was not in time of the prophet to recite the whole Qur'an and it
was not in time of the prophet to read the whole Qur'an. But in time
of Sayyidina `Umar (r) they made it twenty raka`ats and now they made
it to recite the whole of the Holy Qur'an.

Why? So they can stretch the time in Allah's Presence. So we have to
stretch the prayer in order to be longer in Allah's Presence.

What are your five pillars of Islam: shahadatu an la ilaha illa-Allah
wa anna muhammadan `abuduhu rasuluhu wa iqamus-salaat, wa ita'u
'z-zakat, wa sawmu Ramadan wa hajj al-bayt. Look SubhanAllah insalaat
there are five pillars.


Awliyaullah are not blind, they see. When you say Allahu Akbar, … huh?
Iqamus-salaat. You are there in front of Ka`bah. When you sit for
at-tahiyat ashhadu an la ilaha illa-Allah wa ashhadu anna muhammadan
abduhu wa rasuluh…


So two pillars are there. When you say "Allahu Akbar" you don't drink
and eat. So you are fasting. When you say "Allahu Akbar" you are not
working. You are giving charity. In that time you are able to work but
you are not you are giving that time in charity.

So when you say "Allahu Akbar" you are in Ka`bah. Don't think you are
not there. When awliyaullah, who are not stupid, they are taken to
Ka`bah. But we cannot see. We are veiled. You are seeing the wall or
you are seeing the imam. But in reality you are not praying towards
the wall - you are praying towards the Ka`bah. Allah doesn't have
power to take away that veil to show you in Ka`bah? We say, "Allahu
Akbar," that "Allah is greater!" Cannot He take the veil away and show
you the Ka`bah? Today you open the TV and you see Ka`bah. Cannot Allah
open heavenly TV and take you to Ka`bah? But we are veiled. He didn't
veil us, but we veiled ourselves.

This dunya is moving to its destination. Last year in March in Mawlid
an-Nabi (s) it began. They opened it. They opened for people to see
that; for people to know there is a change coming. That change is an
opening for something big going to happen. Awliyaullah were waiting
and waiting and waiting for that thing to happen. From March that last
year in California many people heard that. Many messages came that a
change is going to happen. That change happened.

Don't think there are no awliyaullah that Allah gave them authority on
dunya. They have authority on dunya. Allah gave them that power.

By Mawlana's order two weeks I came here and by Mawlana's order this
week I came here. It is not because I want to come or because you
invited me. Two years I didn't come. But there is an important message
to be delivered for this week to be delivered also.

There are - when awliyaullah want you to see - when Mawlana Shaykh
wants you to see, you see. You are not the shaykh. You are the sheep.
When the ram wants to see he can take the whole flock back home to
safety.

And hunters have what? They have the dogs to bring the preyers to the
hunter. The pray. You send the dog everywhere to get the prey come.
There was a message to that one, two weeks ago, to that one who is
responsible for that whole area spiritually. Every area is under the
responsibility of a wali in the whole world. And Sultan al-Awliya are
responsible on the whole world. There was a message to be delivered to
that one who is responsible to that area of the Midwest and there is
congratulations to be given to thatwali who is responsible.

So awliyaullah are not veiled. When they want to send a message, they send.

So Mawlana Shaykh wants to send that message. Since this is the
century of change is coming there is going to be a change for the
whole world, from worse to good. Allah doesn't change from good to
worse. Allah loves His servants - He wants to change from bad to good.

That is why the title is "change we need." They have not put that.
Awliyaullah changed that inspired their heart to change that and it
was changed. And with this new situation there is a big change that is
going to take place for everyone to feel happiness, everyone to feel
grateful to Allah swt because it is preparation for reaching this
world to its destination. When this world reaches its destination we
are reaching our destination,

Many times I asked, may Allah give him long life, Mawlana Shaykh many
times I asked him about his legs because they were swollen and always
he refuses to be treated. Why?

People wondered. We wondered, but when he wants you to know, you know.
Because he wants to carry the pain on behalf of his followers that his
followers will not be in pain in dunya or akhira. He will carry their
pain on their behalf that they will not be in pain in dunya and akhira
and he will sacrifice his safety and his comfort for us to be
comfortable.

Awliyaullah they didn't move without permission. Now is the time that
Allah swt even a wali will be tested. The Prophet (s), how many times
he was given hard time and he is Seal of the Messengers? He was given
a hard time for his holy body and his body is holy and it went in
Mi'raj and still he has been treated by his people in the worst way in
the battle of Uhud. That was when they broke his teeth. That was after
the Mi'raj. The one who went in Mi'raj in his holy body and came back,
Allah did not leave him alone: "O Muhammad carry the difficulty of the
Ummah." To carry the difficulty he had to have his teeth broken. That
is painful.

Allah tests his awliyaullah - don't think Allah doesn't test them. He
wants them to carry as much as possible to take responsibility for
their followers. Such a shaykh you have and such a saint you have.
Scholars are children at the doors of awliyaullah. They are not
awliyaullah - they are people who study and people who still have
arrogance and pride and ego and desires. Still because they didn't try
to struggle against these characters in order to reach the level of
ihsan. They didn't reach above the first two levels. Awliyaullah went
far in to the maqam al-ihsan in order to change their behavior to
better behavior.

I saw Mawlana many times, after everyone sleeps, he goes to the
garbage in the house - and show me one scholar that does that and
show me one representative or deputy that does that. He goes there and
he doesn't say anything to anyone. He moves the garbage and he sees a
piece of bread he takes it out. He sees food that is there and takes
it out. Saves it and then the next day, he didn't eat it in the night
because he was not hungry, but the next day when people are eating on
his table, he brings that food and eats it. I saw that hundreds of
times. Not now, but when he was in Damascus in 1980s. Show me one of
these scholars who are doing interfaith activities do that. No, they
throw the food. He doesn't want to throw any favor of Allah.

Allah left Fira`un. He said, "I am going to destroy Fira`un to
Sayyidina Musa." Why Allah didn't destroy him for 40 years? Because
Fira`un was saving all these crumbs that fall down from the table. He
used to collect them and eat them. He said, "I cannot throw them
because this is ni`mat of Allah."

Because when destination came, because we are on the way to
destination, and that is coming. So prepare ourselves for that
destination. So when his destination came, Shaytan came and said to
him, "You are saving food and crumbs. Why? You are God! Step on that!"

How many times we are stepping on our crumbs? On our table and on the
floor. Not only that, we take food and throw them.

I am not planning to address this and Mawlana Shaykh is insisting to
say that change is coming. And that change began at Mawlid an-Nabi (s)
in March. Some people in California they heard and saw that. Those who
understood, understood that.

Mawlana said someone, by name, is coming. And that one came now. And
we will see what kind of changes are going to happen. It is not his
changes and it isn't his people's changes. No there is a heavenly
change coming for the better. Not only for Muslims, for everyone.
Allah doesn't look who is Muslim and not. But change for everyone. In
akhira is something else. Allah will bring a change that is expected.
Don't forget to say, "Subhanallah wa bihamdihi Subhanallah il-`adheem
istaghfirullah."
__._,_.___

Perbedaan Persepsi

Ada seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan DUA hal kepada 2 anak laki-lakinya :

-Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu.
- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :

"Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih".
"Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak".

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama.
Jawab anak sulung :

"Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal
tidak susut".

"Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam.
Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup."

"Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama".

MORAL CERITA :
Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda. Jika kita melihat dengan positive attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita... pilihan ada di tangan anda.

'Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa'


Thursday, November 20, 2008

Keutamaan Shalat Dhuha


Oleh :
Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul

Mengenai keutamaan shalat Dhuha, telah diriwayatkan beberapa hadits yang diantaranya dapat saya sebutkan sebagai berikut
Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda
"Bagi masing-masing ruas[1] dari anggota tubuh salah seorang di antara kalian harus dikeluarkan sedekah. Setiap tasbih (Subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahtil (Laa Ilaaha Illallaah) adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat baik pun juga sedekah, dan mencegah kemunkaran juga sedekah. Dan semua itu bisa disetarakan ganjarannya dengan dua rakaat shalat Dhuha". Diriwayatkan oleh Muslim[2]
Hadits Abud Darda dan Abu Dzar Radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia, dimana Dia berfirman.
"Wahai anak Adam, ruku'lah untuk-Ku empat rakaat di awal siang, niscaya Aku mencukupimu di akhir siang" Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi[3]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dia bercerita, dia berkata :"Tidak ada yang memelihara shalat Dhuha kecuali orang-orang yang kembali kepada Allah (Awwaab)". Dan dia mengatakan, "Dan ia merupakan shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah (Awwaabin)". Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim. [4]
Hukum Shalat Dhuha
Hadits-hadits terdahulu dan juga yang semisalnya menjelaskan bahwa shalat Dhuha pada waktu Dhuha (pagi hari) merupakan suatu hal yang baik lagi disukai. [5]
Selain itu, di dalam hadits-hadits tersebut juga terkandung dalil yang menunjukkan disyariatkannya kaum muslimin untuk senantiasa mengerjakannya. [6]
Dan tidak ada riwayat yang menujukkan diwajibkannya shalat Dhuha
Waktu Shalat Dhuha
Waktu shalat Dhuha dimulai sejak terbit matahari sampai zawal (condong). Dan waktu terbaik untuk mengerjakan shalat Dhuha adalah pada saat matahari terik.
Dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah sebagai berikut.
Adapun permulaan waktunya, telah ditunjukkan oleh hadits Abud Darda dan Abu Dzar Radhiyallahu 'anhuma terdahulu. Letak syahidnya di dalam hadits tersebut adalah ; "Ruku-lah untuk-Ku dari awal siang sebanyak empat rakaat".
Demikian juga riwayat yang datang dari Anas Radhiyallahu 'anhu, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda.
"Barangsiapa mengerjakan shalat shubuh dengan berjama'ah lalu duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit dan kemudian mengerjakan shalat dua raka'at [7], maka pahala shalat itu baginya seperti pahala haji dan umrah, sepenuhnya, sepenuhnya, sepenuhnya" [8]
Dari Abu Umamah, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Barangsiapa mengerjakan shalat Shubuh berjama'ah di masjid, lalu dia tetap berada di dalamnya sehingga dia mengerjakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang menunaikan ibadah haji atau orang yang mengerjakan umrah, sama persis (sempurna) seperti ibadah haji dan umrahnya". Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.
Dan dalam sebuah riwayat disebutkan.
"Barangsiapa mengerjakan shalat shubuh dengan berjama'ah, kemudian dia duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit…" Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.[9]
Adapun keluarnya waktu shalat Dhuha pada waktu zawal, karena ia merupakan shalat Dhuha (pagi).
Sedangkan waktu utamanya telah ditunjukkan oleh apa yang diriwayatkan dari Zaid bin Arqam, bahwasanya dia pernah melihat suatu kaum yang mengerjakan shalat Dhuha. Lalu dia berkata "Tidaklah mereka mengetahui bahwa shalat selain pada saat ini adalah lebih baik, karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda.
"Shalat awaabiin (orang-orang yang kembali kepada Allah) adalah ketika anak-anak unta sudah merasa kepanasan"[10]. Diriwayatkan oleh Muslim [11]
Jumlah Rakaat Shalat Dhuha Dan Sifatnya
Disyariatkan kepada orang muslim untuk mengerjakan shalat Dhuha dengan dua, empat, enam, delapan atau dua belas rakaat.
Jika mau, dia boleh mengerjakannya dua rakaat dua rakaat.
Adapun shalat Dhuha yang dikerjakan dua rakaat telah ditunjukkan oleh hadits Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Bagi masing-masing ruas dari anggota tubuh salah seorang di antara kalian harus dikeluarkan sedekah …Dan semua itu setara dengan ganjaran dua rakaat shalat Dhuha" Diriwayatkan oleh Muslim.[12]
Sedangkan shalat Dhuha yang dikerjakan empat rakaat, telah ditunjukkan oleh Abu Darda dan Abu Dzar Radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dari Allah yang Mahaperkasa lagi Mahamulia, dimana Dia berfirman :"Wahai anak Adam, ruku'lah untuk-Ku empat rakaat di awal siang, niscaya Aku akan mencukupimu di akhir siang" Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi. [13]
Sedangkan shalat Dhuha yang dikerjakan enam rakaat, ditunjukkan oleh hadits Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu : "Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengerjakan shalat Dhuha enam rakaat" Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam kitab Asy-Syamaa-il. [14]
Dan shalat Dhuha yang dikerjakan delapan rakaat ditunjukkan oleh hadits Ummu Hani, di mana dia bercerita :"Pada masa pembebasan kota Makkah, dia mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau berada di atas tempat tinggi di Makkah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beranjak menuju tempat mandinya, lalu Fathimah memasang tabir untuk beliau. Selanjutnya, Fatimah mengambilkan kain beliau dan menyelimutkannya kepada beliau. Setelah itu, beliau mengerjakan shalat Dhuha delapan rekaat" [15] Diriwayatkan Asy-Syaikhani. [16]
Sedangkan shalat Dhuha yang dikerjakan dua belas rakaat ditunjukkan oleh hadits Abud Darda Radhiyallahu 'anhu, di mana dia bercerita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditetapkan termasuk orang-orang yang lengah. Barangsiapa shalat empat rakaat, maka dia tetapkan termasuk orang-orang yang ahli ibadah. Barangsiapa mengerjakan enam rakaat maka akan diberikan kecukupan pada hari itu. Barangsiapa mengerjakan delapan rakaat, maka Allah menetapkannya termasuk orang-orang yang tunduk dan patuh. Dan barangsiapa mengerjakan shalat dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di Surga. Dan tidaklah satu hari dan tidak juga satu malam, melainkan Allah memiliki karunia yang danugerahkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai sedekah. Dan tidaklah Allah memberikan karunia kepada seseorang yang lebih baik daripada mengilhaminya untuk selalu ingat kepada-Nya" Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.[17]
Dapat saya katakan bahwa berdasarkan hadits-hadits ini, diarahkan kemutlakan yang diberikan Sayyidah Aisyah Radhiyallahu 'anha saat ditanya oleh Mu'adzah :"Berapa rakaat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhua?" Dia menjawab : "Empat rakaat dan bisa juga lebih, sesuai kehendak Allah" [18]
Dan shalat Dhuha yang dikerjakan dua rakaat dua rakaat, telah ditunjukkan oleh keumuman sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :"Shalat malam dan siang itu dua rakaat dua rakaat" [19]
Dan seorang muslim boleh mengerjakan shalat Dhuha empat rakaat secara bersambungan, sebagaimana layaknya shalat wajib empat rakaat. Hal itu ditunjukkan oleh kemutlakan lafazh hadits-hadits mengenai hal tersebut yang telah disampaikan sebelumnya, seperti sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :"Ruku'lah untuk-Ku dari permulaan siang empat rakaat". Dan juga seperti sabda beliau :"Barangsiapa mengerjakan shalat (Dhuha) empat rakaat maka dia ditetapkan termasuk golongan ahli ibadah" Wallahu a'lam
[Disalin dari kitab Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu, Edisi Indonesia Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Penulis Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i]
___________
Foote Note
[1]. Kata sulaamaa adalah bentuk mufrad (tunggal) dan jamaknya adalah as-sulaamiyaatu yang berarti ruas jari-jemari. Kemudian kata itu dipergunakan untuk seluruh tulang dan ruas badan. Lihat kitab, Syarh Muslim, An-Nawawi V/233
[2]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, di dalam kitab Shalaatut Musaafirin wa Qashruha, bab Istihbaabu Shalaatidh Dhuha wa Anna Aqallaha Rak'aatani wa Akmalaha Tsamaanu Raka'aatin wa Ausathuha Arba'u Raka'aatin au Sittin wal Hatstsu 'alal Muhaafazhati 'alaiha, (hadits no. 720). Lihat juga kitab, Jami'ul Ushuul (IX/436)
[3]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ahmad di dalam kitab, Al-Musnad (VI/440 dan 451). Dan juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam Kitaabush Shalaah, bab Maa Jaa-a fii Shalaatidh Dhuha, (hadits no. 475)
Mengenai hadits ini, At-Tirmidzi mengatakan : 'Hasan gharib" Dan dinilai shahih oleh Syaikh Ahmad Syakir di dalam tahqiqnya pada At-Tirmidzi. Juga dinilai shahih oleh Al-Albani di dalam kitab, Shahih Sunan At-Tirmidzi, (I/147). Serta dinilai hasan oleh muhaqqiq kitab, Jaami'ul Ushuul (IX/4370.
[4]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (II/228), Al-Hakim di dalam kitab Al-Mustadrak (I/314), dan lafazh di atas milik keduanya. Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Ausath (II/279-Majma'ul Bahrain) tanpa ucapan :"Dan ia adalah shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah (Awwaabiin)".
Dan hadits di atas dinilai shahih oleh Al-Hakim dengan syarat Muslim. Dan dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab, Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah (hadits no. 1994).
[5]. Majmuu'al Al-Fataawaa (XXII/284)
[6]. Dan inilah yang tampak, yang ditunjukkan oleh hadits-hadits terdahulu. (Nailul Authaar III/77).
Sedangkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah setelah menetapkan kesepakatan para ulama tas sunnahnya bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengerjakan shalat Dhuha secara terus menerus, kemudian menetapkan hukum sunnatnya, dimana dia mengatakan : "Muncul pertanyaan : 'Apakah yang lebih baik, mengerjakan secara terus menerus ataukah tidak secara terus menerus seperti yang dilakukan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam? Inilah di antara yang mereka pedebatkan". Dan yang lebih tepat adalah dengan mengatakan ;"Barangsiapa mengerjakan qiyaamul lail secara terus menerus, maka tidak perlu lagi baginya untuk mengerjakan shalat Dhuha secara terus menerus. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan barangsiapa yang tertidur sehingga tidak melakukan qiyamul lail, maka shalat Dhuha bisa menjadi pengganti bagi qiyamul lail" Majmu Al-Fataawaa (XXII/284).
Dapat saya katakan, (tetapi) lahiriyah nash menunjukkan disunnatkannya secara mutlak untuk mengerjakan shalat Dhuha secara terus menerus. Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah meninggalkan suatu amalan padahal beliau sangat suka untuk mengerjakannya karena beliau takut hal tersebut akan dikerjakan secara terus menerus oleh umat manusia sehingga akan diwajibkan kepada mereka. Dan inilah illat (alasan) tidak dikerjakannya shalat Dhuha secara terus menerus oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dengan demikian, nash-nash itu secara mutlak seperti apa adanya. Hal yang serupa seperti itu telah diisyaratkan oleh Sayyidah Aisyah Radhiyallahu 'anha, lihat kitab Jaami'ul Ushuul (VI/108-109).
[7]. Ath-Thibi mengatakan : "Shalat ini disebut shalat Isyraq, yaitu permulaan shalat Dhuha. Dia nukil di dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi (I/405)
Dapat saya katakan, telah saya sampaikan kepada anda mengenai hal itu yang lebih luas dari sekedar isyarat ini. Lihat pembahasan tentang shalat Isyraq sebelumnya.
[8] Hadits hasan lighairihi. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam Kitaabush Shalah, bab Dzikru Maa Yustahabbu minal Julus fil Masjid Ba'da Shalaatish Shubhi Hatta Taathlu'a Asy-Syams
Mengenai hadits ini, At-Tirmidzi mengatakan :"Hasan gharib". Dengan beberapa syahidnya, hadits ini dinilai hasan oleh Al-Mubarakfuri di dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi (I/406). Dan disepakati oleh Syaikh Akhmad Syakir di dalam tahqiqnya pada At-Tirmidzi (II/481). Juga dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab Shahih Sunan At-Tirmidzi (I/182). Dan dengan beberapa syahidnya, dinilai hasan oleh muhaqqiq kitab Jaami'ul Ushuul (IX/401).
Dapat saya katakan, di antara syahidnya adalah hadist berikutnya.
[9]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Mu'jamul Kabiir (VIII/174), 181 dan 209)
Sanad hadits di atas dinilai jayyid oleh Al-Mundziri dan Al-Haitsami. Dan dinilai hasa oleh Al-Albani di dalam kitab Shahih At-Targhiib wa Tarhiib (I/189). Dan lihat juga kitab, Majmu'uz Zawaa'id (X/104)
[10]. Di dalam kitab, Syarh An-Nawawi (VI/30). Imam Nawawi mengatakan : Ar-Ramdhaa' berarti kerikil yang menjadi panas oleh sinar matahari. Yaitu, ketika anak-anak unta sudah merasa panas. Al-Fushail berarti anak unta yang masih kecil". Lihat juga, Nailul Authaar (II/81)
[11]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalaatul Musaafirin wa Qasruha, bab Shalatut Awaabiin Hiina Tarmudhil Fihsaal, hadits no. 748.
[12]. Takhrijnya telah diberikan sebelumnya
[13]. Takhrijnya telah diberikan sebelumnya
[14]. Hadits shahih lighairihi. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam kitab Asy-Syamaa'il, bab Shalatudh Dhuha, (hadits no. 273) hadits ini dinilai shahih lighairihi di dalam kitab, Mukhtashar Asy-Syamaailil Muhammadiyyah, (hal. 156). Beberapa sahid dan jalannya telah disebutkan di dalam kitab Irwaaul Ghaliil (II/216).
[15]. Di dalam hadits tersebut terdapat bantahan bagi orang yang mengaku bahwa shalat ini adalah shalat al-fath (pembebasan), bukan shalat Dhuha. Lihat kitab, Zaadul Ma'ad (III/4100 dan juga Aunul Ma'buud (I/497)
[16]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam beberapa tempat di antaranya : Kitaabut Tahajjud, bab Shalaatudh Dhuhaa fis Safar (hadits no. 1176). Dan juga Muslim di dalam Kitaabul Haidh, bab Tasturuk Mughtasil bi Tsaubin au Nahwahu (hadits no. 336). Dan lafazh di atas adalah miliknya. Dan lihat juga kitab Jaami'ul Ushuul (VI/110).
[17]. Hadits ini disebutkan oleh Al-Haitsami di dalam kitab Majma'uz Zawaa'id (II/237) dan dia mengatakan : Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Kabiir. Di dalamnya terdapat Musa bin Ya'qub Az-Zam'i. Dinilai tsiqah oleh Ibnu Mu'in dan Ibnu Hibban serta dinilai dha'if oleh Ibnul Madini dan lain-lainnya. Dan sisa rijalnya adalah tsiqah.
Dapat saya katakan, Musa bin Ya'qub seorang yang shaduq, yang mempunyai hafalan buruk, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab, At-Taqriib (hal. 554). Dan diriwayatkan oleh Al-Bazzar di dalam kitab Kasyful Astaar (II/334), yang diperkuat oleh syahid dari Abu Dzar. Dan disebutkan oleh Al-Mundziri di dalam kitab At-Targhiib. Hadits Abud Darda dan Abu Dzar Radhiyalahu 'anhuma dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab Shahih At-Targhiib wat Tarhiib (I/279).
[18]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalatul Musafirin wa Qasruha, bab Istihbaabu Shaalatid Dhuha wa Anna Aqallaha Rak'ataani wa Akmalaha Tsamaanu Rak'atin wa Ausathuha Arba'u Rak'atin au Sittin wa Hatstsu 'alal Muhaafazhati Alaiha, (hadits no. 719).
[19]. Hadits shahih. Takhrijnya sudah diberikan sebelumnya
Peringatan.
Ada sebuah riwayat untuk hadits Ummu Hani terdahulu dengan lafazh : "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam pernah mengerjakan shalat Dhuha delapan rakaat. Beliau mengucapkan salam setiap dua rakaat'. Dan hadits Ummu Hani asalnya terdapat di dalam kitab Ash-Shahihain, tetapi tidak dengan lafazh ini.
Dan diriwayatkan oleh Abud Dawud di dalam Kitaabush Shalaah, bab Shalatudh Dhuha (hadits no. 1234, II/234).
Dan dalam sanad yang ada pada keduanya terdapat Iyadh bin Abdillah. Yang meriwayatkan darinya adalah Abdullah bin Wahb. Mengenai pribadi Iyadh ini. Abu Hatim mengatakan :"Dia bukan seorang yang kuat". Dan Ibnu Hibban menyebutnya di dalam deretan tsiqat. As-Saaji mengatakan : "Darinya, Wahb bin Abdillah meriwayatkan beberapa hadits yang di dalamnya masih mengandung pertimbangan". Yahya bin Ma'in mengatakan :"Dia seorang yang haditsnya dha'if". Abu Shalih mengatakan ;"Ditegaskan, dia memiliki kesibukan yang luar biasa di Madinah, di dalam haditsnya terdapat sesuatu" Al-Bukhari mengatakan : "Haditsnya munkar" Tahdziibut Tahdziib (VIII/201).
Dapat saya katakan, haditsnya di sini diriwayatkan oleh Ibnu Wahb, darinya. Yang tampak secara lahiriyah dari keadaan orang ini, bahwa dia tidak dimungkinkan untuk meriwayatkan seorang diri, sedangkan lafazh ini dia riwayatkan sendiri. Wallahu a'lam
Dengan lafazh ini, hadits ini dinilai dha'if (lemah) oleh Al-Albani di dalam komentarnya terhadap kitab Shahih Ibni Khuzaimah (II/234). Dalam penjelasannya, dia menguraikan secara rinci illatnya di dalam kitab. Tamamul Minnah (hal. 258-259)
sumber :http://www.almanhaj.or.id/content/2357/slash/0

Monday, November 10, 2008

Sedekah 360 kali sehari

Bismillahirrahmaanir rahiim,
Assalamu'alaykum ww,
Berikut ini beberapa catatan dari Khotbah Jumat Mawlana Syekh Hisyam Kabbani 8 Nov 2008, di Chicago

Nabi SAW bersabda,"Semua makanan mengandung racun, kecuali nasi." Allah SWT menempatkan rahasia tertentu di dalam nasi. Nabi SAW juga bersabda bahwa semua penyakit ada penyembuhnya. Salah satu aspek penyembuhan penyakit yang penting adalah sedekah.

Ada 360 titik atau joint (persendian) di dalam tubuh kita yang harus selalu diperiksa. Tubuh kita bagaikan sebuah mobil. Dari luar mungkin kita melihat bahwa tidak ada masalah dengan mobil itu, tetapi ternyata ia tidak bisa jalan. Montir dapat melihat bagian dalamnya, dan menemukan bagian yang rusak yang harus diperbaiki agar bisa berjalan kembali. Montir itu diberikan kemampuan oleh Allah SWT melebihi orang biasa. Begitu juga dengan dokter, ia diberikan kemampuan untuk memeriksa bagian tubuh manusia bagian dalam.

Agar tubuh kita tetap sehat ke-360 titik itu harus diperiksa setiap hari, dicek, disentuh--melalui sedekah. Sedekah sangat penting. Tetapi sedekah tidak hanya dengan memberi uang donasi saja. Bila kita mengucapkan istighfar, itu juga sedekah, kita telah menyentuh salah satu titik itu. Lalu kita ucapkan "Allahu akbar!" kita menyentuh titik yang lain, kita ucapkan "Alhamdulillah, syukranlillah." itu semua adalah sedekah. Kita tersenyum, memberi makan kepada orang lain, berzikir dan seluruh perbuatan yang kita tujukan untuk kesenangan Allah, berarti itu adalah sedekah. Allah SWT tidak memerlukan semua itu, tetapi Allah SWT sangat menghargai sedekah kita.

sumber : dari Milis Muhibbun Naqsybandi

Monday, November 03, 2008

Keutamaan Surat Yasin


Grandsyekh Abdullah Faiz ad-Daghestani QS berkata, "Jika seseorang duduk dan mengambil wudu, lalu salat Asar dan duduk membaca Surat Yasin satu jam sebelum Magrib, Allah SWT akan meluaskan, yuwasi `alayhi asbaab ad-dunya - Allah SWT akan meningkatkan kesejahteraannya di dunia. Allah SWT akan mengirimkan suatu rahmat yang istimewa melalui sejenis malaikat yang juga istimewa dan rahmat itu akan datang kepada kita tanpa perlu melakukan sesuatu, kecuali duduk dan membaca Surat Yasin."

Kutipan Shuhba Mawlana Syekh Hisyam Kabbani QS, "Keutamaan Surat Yasin", diambil dari buku Adab Naqsybandi.

http://hmpublikasi.blogspot.com/search/label/Adab%20Naqsybandi


__._,_.___