Wednesday, February 25, 2009

Tuhan yang tidak Diciptakan

Seorang pencari merasakan kegelisahan luar biasa ketika ia membaca sebuah kalimat: "Tuhan tidak menciptakan manusia, manusia yang menciptakan Tuhan". Ia merasakan sebuah guncangan yang membuat hatinya seperti berderak retak. Semua kesalihan yang selama ini ia perjuangkan seperti tidak berarti. Apalagi kalimat itu diikuti oleh kalimat-kalimat berikutnya yang menerangkan bagaimana Tuhan diciptakan oleh manusia dalam sejarah.
Pencari memutuskan untuk kembali mencari. Ia mendatangi berbagai tokoh yang diyakini bisa menjawab kegelisahannya.
Pertama ia hadir di serambi rumah seorang filsuf yang terkenal bijak. Ia berkata,"wahai filsuf, terangkan padaku tentang Tuhan, dan apakah ia diciptakan atau menciptakan manusia."
Filsuf tersenyum. Sudah lama ia tidak mendapatkan pertanyaan seperti itu. Filsafat yang ia tekuni semakin lama semakin jarang membicarakan ketuhanan. Karena bagi sebagian besar filsuf telah jelas bahwa tuhan sudah mati dan manusia telah dibebaskan dari konsep mengada-ada tersebut. Namun, jauh di lubuk hati terdalamnya, sang filsuf sebenarnya menyimpan ruang untuk mempertanyakan lagi kesimpulan itu. Dan sekarang, dia bahagia mendapat rekan bicara yang mengusik kuburan Tuhan di hatinya. Mungkinkah Tuhan bangkit dari kematian hari ini?
"Tuhan sudah lama mati. Dan hari ini engkau membangkitkan dia dari kuburnya," kata sang filsuf
"Apa maksudmu?"pencari tercengang
"Ia telah kukubur jauh dalam hatiku yang terdalam dan pertanyaanmu membuatnya bangkit dari dunia kematian."
"Sebuah pernyataan yang aneh. Tapi baiklah, aku terbiasa mendengar filsuf meributkan hal-hal aneh. Bagaimanapun, tolong jawab pertanyaanku. Apakah tuhan diciptakan atau menciptakan"
"Aku tidak tahu. Sebagian manusia mengira satu hal, sebagian lagi mengira hal yang lain. Tapi tidak pernah ada yang tahu yang mana yang paling mewakili realitas. Itupun kalau tuhan memang sebuah realitas, baik realitas bentukan manusia atau realitas yang ada dengan sendirinya."Filsuf nampak bersemangat
"Bagaimana menurut anggapanmu sendiri"pencari mulai tidak sabar.
"Kalau engkau meminta anggapanku, maka anggapanku adalah dibuat oleh diriku dan percakapan ini. Dengan demikian engkau berhadapan dengan tuhan yang diciptakan. Beginilah jawabanku."
"Engkau benar. Aku tak dapat menemukan tanda-tanda tuhan tidak diciptakan bila aku memintanya melalui anggapanmu. Berikan aku saranmu, wahai filsuf."
"Pergilah ke ahli kitab suci. Barangkali di sana engkau akan menemukan hal lain,"filsuf memutuskan mengakhiri pembicaraan karena ia khawatir tak dapat berkata-kata lebih lanjut. Semata-mata karena ia terlalu gembira mendapat kesempatan berbicara lagi tentang Dia yang telah terkubur lama.
Demikianlah, Tuhan membuat gembira orang yang mengingatNya. Meski dengan cara yang berbeda dari yang Ia sendiri kehendaki.
Pencari mendatangi seorang ahli kitab suci. Ia menanyakan hal yang sama.
"Tertulis dalam kitab bahwa Tuhan memiliki kasih dan kemurahan yang tidak terbatas. Ia juga menciptakan alam dalam 6 masa, lalu di masa yang 7 dia beristirahat," dengan sangat otoritatif sang ahli kitab suci menjelaskan.
"Apakah yang diciptakan termasuk manusia?"
"Tentu saja, alam di sini adalah alam besar dan alam kecil, yaitu manusia."
"Apakah tidak ada kemungkinan lain?"
"Tidak ada," lalu ahli kitab suci menerangkan berbagai ayat dan sitiran ucapan nabi-nabi tentang siapa itu tuhan. Tidak lupa ia menambahkan kata-katanya sendiri sebagai penafsiran.
"Hmm..penjelasanmu menarik. Dan karenanya aku yakin bahwa tuhan yang kau gambarkan memang diciptakan." Pencari berujar dengan mantap
"Hey! Jangan sembarangan. Dari tadi aku menguraikan keagungan Tuhan dan bagaimana Dia begitu mengasihi ciptaanNya yang bernama manusia. Bagaimana mungkin kau berkesimpulan Dia diciptakan?"
"Aku melihatmu menciptakan Tuhan melalui penjelasan dan penafsiranmu. Oh wahai ahli kitab suci, aku tidak menemukan Tuhan melainkan Tuhan yang kau rancang dari analisismu. Tuhan yang lahir dari olah pikirmu. Sesungguhnya jutaan orang lain bisa memiliki olah pikir yang berbeda. Dan dengan begitu, terciptalah jutaan tuhan di kepala kalian masing-masing."
"Tapi bukankah aku menjelaskannya dengan dasar dari kitab-kitab suci dan sitiran kata-kata Nabi-Nabi."
"Dan engkau menambahnya dengan tafsiran-tafsiranmu. Kajian-kajian mu. Kesimpulan-kesimpulanmu. Ketika aku melihatnya secara keseluruhan, maka aku mengerti bahwa engkau menciptakan Tuhanmu sendiri. Ijinkan aku undur diri karena pembicaraan ini telah mencapai puncak kesimpulan."
Lalu pencari mendatangi seorang anak kecil dan menanyakan pertanyaan yang sama. Anak kecil itu bahkan tidak mengenal Tuhan. Pencari menyimpulkan bahwa anak itu belum menciptakan Tuhan. Dan ia semakin yakin bahwa Tuhan memang ada karena diciptakan. Ia terus menerus bertanya pada berbagai macam jenis orang dan dari jawaban yang berbeda-beda ia makin beriman pada konsep Tuhan yang diciptakan. Bagaimana mungkin setiap orang memiliki perbedaan uraian bila tidak karena mereka merancang dan mengkonstruksi uraian-uraian tersebut. Artinya, tuhan memang dirancang oleh pikiran-pikiran itu.
Dalam perjalan pulang, pencari yang merasa telah menemukan apa yang ia cari, bertemu seorang pemuda. Raut mukanya nampak cerah dan hangat. Mereka duduk bersama dan berbincang-bincang. Pemuda itu mengajak mampir ke rumahnya. Mereka berbincang lebih lama lagi sampai akhirnya pencari menceritakan alasan perjalanannya.
"Apakah engkau benar-benar mempercayai kesimpulanmu, wahai pencari?" tanya si pemuda
"Bagaimana aku dapat mengelak dari segala pengalaman itu? Mereka begitu jelas memberiku keterangan."
"Apakah engkau sungguh tidak memiliki lagi perasaan rindu pada Tuhan yang tidak diciptakan tapi ada dengan sendirinya?"
Pencari terdiam sejenak. Mencari sesuatu yang hilang namun baru disadarinya.
"Wahai pencari. Berhentilah mencari untuk mendapatkan sesuatu. Mencarilah untuk mengenyahkan segala yang engkau miliki. Fakirlah engkau dalam dunia ini. Maka engkau akan menemukan Tuhan yang sejati. Tuhan yang menciptakan, bukan diciptakan."
"Apa maksudmu?"
"Bukankah selama ini engkau mencari jawaban? Berjalan ke sana kemari untuk mendapatkannya? Apa yang engkau dapat?"
"Bahwa tuhan itu diciptakan."
"Demikianlah kemalangan yang diperoleh dari mereka yang menginginkan sesuatu dalam pencariannya. Sesungguhnya Tuhan sejati tidak bisa engkau temui dengan cara seperti itu. Pencerahan ilmu bukan jalan untuk itu. Pencerahan diri pun bukan sarana menemukan Tuhan sejati. Engkau harus buang semua yang kau miliki termasuk semua yang kau peluk erat dalam hati dan akalmu."
"Bagaimana mungkin? Aku tidak bisa melupakan pengalaman-pengalamanku. Aku tidak bisa mengenyahkan pengetahuan-pengetahuan yang kuraih selama perjalananku."
"Oleh karenanya kau tidak akan pernah menemukan Tuhan yang kau rindukan. Kau akan selamanya terjebak pada tuhan-tuhan yang diciptakan orang ketika mereka seolah menemukan tuhan sejati."
"Wahai pemuda, ajari aku lebih lanjut.Ceritakan padaku tentang apa itu Tuhan sejati."
"Pencari! Tuhan sejati tidak bisa diceritakan. Ia tidak hadir oleh karena kata-kata. Buang semua yang kau punya. Maka ketika hatimu kosong dari segala sesuatu, Tuhan sejati dengan mudah akan menjamahmu. Jangan kau ceritakan apa rasanya dan apa yang kau alami, jangan pula engkau jelaskan apa-apa pada orang lian."
Pencari terdiam menatap pemuda.
"Sesungguhnya penjelasanmu, bukanlah Tuhanmu. Pahami itu."
Pencari mengerti. Tuhan sejati bukan dicari, tapi dipersiapkan kehadiranNya.
Sumber : Handriatno Waseso facebook

Wednesday, February 11, 2009

kisah orang dengan Dosa Selama 40 Tahun

Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahwa pada zaman Nabi Musa as, kaum bani Israil pernah ditimpa musim kemarau panjang, lalu mereka berkumpul menemui Nabi Musa as dan berkata: "Wahai Kalamullah, tolonglah doakan kami kepada Tuhanmu supaya Dia berkenan menurunkan hujan untuk kami!"
Kemudian berdirilah Nabi Musa as bersama kaumnya dan mereka bersama-sama berangkat menuju ke tanah lapang. Dalam suatu pendapat dikatakan bahwa jumlah mereka pada waktu itu lebih kurang tujuh puluh ribu orang.
Setelah mereka sampai ke tempat yang dituju, maka Nabi Musa as mulai berdoa. Diantara isi doanya itu ialah: "Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah kepada kami rahmat-Mu dan kasihanilah kami terutama bagi anak-anak kecil yang masih menyusu, hewan ternak yang memerlukan rumput dan orang-orang tua yang sudah bongkok. Sebagaimana yang kami saksikan pada saat ini, langit sangat cerah dan matahari semakin panas.
Tuhanku, jika seandainya Engkau tidak lagi menganggap kedudukanku sebagai Nabi-Mu, maka aku mengharapkan keberkatan Nabi yang ummi yaitu Muhammad SAW yang akan Engkau utus untuk Nabi akhir zaman.
Kepada Nabi Musa as Allah menurunkan wahyu-Nya yang isinya: "Aku tidak pernah merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku kamu mempunyai kedudukan yang tinggi. Akan tetapi bersama denganmu ini ada orang yang secara terang-terangan melakukan perbuatan maksiat selama empat puluh tahun. Engkau boleh memanggilnya supaya ia keluar dari kumpulan orang-orang yang hadir di tempat ini! Orang itulah sebagai penyebab terhalangnya turun hujan untuk kamu semuanya."
Nabi Musa kembali berkata: "Wahai Tuhanku, aku adalah hamba-Mu yang lemah, suaraku juga lemah, apakah mungkin suaraku ini akan dapat didengarnya, sedangkan jumlah mereka lebih dari tujuh puluh ribu orang?" Allah berfirman: "Wahai Musa, kamulah yang memanggil dan Aku-lah yang akan menyampaikannya kepada mereka!."
Menuruti apa yang diperintahkan oleh Allah, maka Nabi Musa as segera berdiri dan berseru kepada kaumnya: "Wahai seorang hamba yang durhaka yang secara terang-terangan melakukannya bahkan lamanya sebanyak empat puluh tahun, keluarlah kamu dari rombongan kami ini, karena kamulah, hujan tidak diturunkan oleh Allah kepada kami semuanya!"
Mendengar seruan dari Nabi Musa as itu, maka orang yang durhaka itu berdiri sambil melihat kekanan kekiri. Akan tetapi, dia tidak melihat seorangpun yang keluar dari rombongan itu. Dengan demikian tahulah dia bahwa yang dimaksudkan oleh Nabi Musa as itu adalah dirinya sendiri. Di dalam hatinya berkata: "Jika aku keluar dari rombongan ini, niscaya akan terbukalah segala kejahatan yang telah aku lakukan selama ini terhadap kaum bani Israil, akan tetapi bila aku tetap bertahan untuk tetap duduk bersama mereka, pasti hujan tidak akan diturunkan oleh Allah SWT."
Setelah berkata demikian dalam hatinya, lelaki itu lalu menyembunyikan kepalanya di sebalik bajunya dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya sambil berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah durhaka kepada-Mu selama lebih empat puluh tahun, walaupun demikian Engkau masih memberikan kesempatan kepadaku dan sekarang aku datang kepada-Mu dengan ketaatan maka terimalah taubatku ini."
Beberapa saat selepas itu, kelihatanlah awan yang bergumpalan di langit, seiring dengan itu hujanpun turun dengan lebatnya bagaikan ditumpahkan dari atas langit.
Melihat keadaan demikian maka Nabi Musa as berkata: "Tuhanku, mengapa Engkau memberikan hujan kepada kami, bukankah di antara kami tidak ada seorangpun yang keluar serta mengakui akan dosa yang dilakukannya?"
Allah berfirman: "Wahai Musa, aku menurunkan hujan ini juga di sebabkan oleh orang yang dahulunya sebagai sebab Aku tidak menurunkan hujan kepada kamu."
Nabi Musa berkata: "Tuhanku, lihatkanlah kepadaku siapa sebenarnya hamba-Mu yang taat itu?"
Allah berfirman: "Wahai Musa, dulu ketika dia durhaka kepada-Ku, Aku tidak pernah membuka aibnya. Apakah sekarang. Aku akan membuka aibnya itu ketika dia telah taat kepada-Ku? Wahai Musa, sesungguhnya Aku sangat benci kepada orang yang suka mengadu. Apakah sekarang Aku harus menjadi pengadu?"
(Dikutip dari buku: "1001 Keinsafan "Kisah-kisah Insan Bertaubat. Oleh: Kasmuri Selamat M A)

Tuesday, February 10, 2009

Delapan kebohongan ibu

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
 
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu seringmemberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
 
"Makanlah nak, aku tidak lapar" --------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
 
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan anaknya.
 
Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata:
"Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" --------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
 
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.
 
" Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" --------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
 
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergiujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yangtegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku.Teh yang begitu kental tidak
dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental.Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :
 
"Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
 
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harusmembiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpapenderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihatkehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untukmenikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata:
 
"Saya tidak butuh cinta" --------- KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
 
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah danbekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untukmemenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu,tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirimbalik uang tersebut. Ibu berkata :
 
"Saya punya duit" --------- KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
 
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudianmemperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkatsebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu.Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku
 
"Aku tidak terbiasa" --------- KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
 
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkenapenyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatansangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebardi wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya.Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambilberlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisiseperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata :
 
"jangan menangis anakku,Aku tidak kesakitan" --------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
 
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya  untuk yang terakhir kalinya.
                      
                        ---ooOOOoo---
 
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu, dan terimakasih ayah ! " Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untukberbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..
 
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah ang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" dikemudian hari.
 
Sumber :maestromuda.org

Wednesday, February 04, 2009

Kisah sebuah jam


Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?" "Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?"
 
"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?" "Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.
 
"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?" "Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.
 
Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam. "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?" "Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.
 
Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.
 
Renungan :
Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Itu tergantung bagaimana kita menyiasati pekerjaan dan tugas kita, bila kita bisa bagi2 menjadi fragmen-fragmen yang kecil.
 
Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya.