| Senin, 07 September 2009
 Kiat-Kiat Mempererat Cinta Suami                    Istri
 Oleh: Fariq Gasim Anuz
 
 Ada kejadian, seorang laki-laki                    sebelum menikah menginginkan istri yang cantik parasnya dan                    beberapa kriteria lainnya. Tetapi pada saat pernikahan, dia                    mendapatkan istrinya sangat jauh dari kriteria yang ia                    tetapkan. Subhanallah! Inilah jodoh, walaupun sudah berusaha                    keras, tetapi jika Allah menghendaki lain, semua akan terjadi.                    Pada awalnya ia terkejut karena istrinya ternyata kurang                    cantik, padahal sebelumnya sudah nazhar (melihat) calon                    istrinya tersebut. Sampai ayah dari pihak suami menganjurkan                    anaknya untuk menceraikan istrinya tersebut.
 
 Tetapi                    kemudian ia bersabar. Dan ternyata ia mendapati istrinya                    tersebut sebagai wanita yang shalihah, rajin shalat, taat                    kepada orang tuanya, taat kepada suaminya, selalu menyenangkan                    suami, juga rajin shalat malam.
 Pada akhirnya, setelah                    sekian lama bergaul, sang suami ini merasa benar-benar puas                    dengan istrinya. Bahkan ia berpikir, lama-kelamaan istrinya                    bertambah cantik, dan ia sangat mencintai serta menyayanginya.                    Karena kesabaranlah Allah menumbuhkan cinta dan ketentraman.                    Ternyata faktor fisik tidaklah begitu pokok dalam menentukan                    kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangga, walaupun bisa juga                    ikut berperan menentukan.
 
 Berikut ini kami bawakan                    kiat-kiat praktis sebagai ikhtiar merekatkan cinta kasih                    antara suami istri, sehingga keharmonisan bisa                    tercipta.
 
 Pertama.
 Saling memberi                    hadiah
 Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam telah                    bersabda:
 "Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian                    akan saling cinta mencintai."
 (HR. Bukhari dlm Adabul                    Mufrad, dihasankan oleh Syaikh al Albani)
 
 Memberi                    hadiah merupakan salah satu bentuk perhatian seorang suami                    kepada istrinya, atau istri kepada suaminya. Terlebih bagi                    istri, hadiah dari suami mempunyai nilai yang sangat                    mengesankan. Hadiah tidak harus mahal, tetapi sebagai simbol                    perhatian suami kepada istri.
 Seorang suami yang ketika                    pulang membawa sekedar oleh-oleh kesukaan istrinya, tentu akan                    membuat sang istri senang dan merasa mendapat perhatian. Dan                    seorang suami, semestinya lebih mengerti apa yang lebih                    disenangi oleh istrinya. Oleh karena itu, para suami hendaklah                    menunjukkan perhatian kepada istri, diungkapkan dengan memberi                    hadiah meski sederhana.
 
 Kedua.
 Mengkhususkan waktu                    untuk duduk bersama
 Jangan sampai antara suami istri sibuk                    dengan urusan masing-masing, dan tidak ada waktu untuk duduk                    bersama. Ada pertanyaan yang diajukan kepada Syaikh bin Baaz.                    Ada seorang pemuda tidak memperlakukan istri dengan baik. Yang                    menjadi penyebabnya, karena ia sibuk menghabiskan waktunya                    untuk berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan studi dan                    lainnya, sehingga meninggalkan istri dan anak-anaknya dalam                    waktu lama.
 
 Masalah ini ditanyakan kepada Syaikh,                    apakah diperbolehkan sibuk menuntut ilmu dan sibuk beramal                    dengan resiko mengambil waktu yang seharusnya dikhususkan                    untuk isteri?
 Syaikh bin Bazz menjawab pertanyaan ini.                    Beliau menyatakan, tidak ragu lagi, bahwa wajib atas suami                    untuk memperlakukan istrinya dengan baik berdasarkan firman                    Allah:
 "Pergaulilah mereka dengan baik." (QS. An                    Nisa':19)
 Juga sebagaimana sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi                    Wassalam kepada Abdullah bin 'Amr bin Ash, yaitu manakal                    sahabat ini sibuk dengan shalat malam dan sibuk dengan puasa,                    sehingga lupa dan lalai terhadap istrinya, maka Nabi                    Shalallahu 'Alaihi Wassalam berkata:
 "Puasalah dan                    berbukalah. Tidur dan bangunlah. Puasalah sebulan selama tiga                    hari, karena sesungguhnya kebaikan itu memiliki sepuluh kali                    lipat. Sesungguhnya engkau memiliki kewajiban atas dirimu.                    Dirimu sendiri memiliki hak dan engkau juga mempunyai                    kewajiban terhadap isterimu, juga kepada tamumu. Maka,                    berikanlah haknya setiap orang yang memiliki hak." (Muttafaqun                    'alaihi).
 
 Banyak hadits yang menunjukkan adanya                    kewajiabn agar suami memperlakukan isteri dengan baik. Oleh                    karena itu, para pemuda dan para suami hendaklah memperlakukan                    isteri dengan baik, berlemah lembut sesuai dengan kemampuan.                    Apabila memungkinkan untuk belajar dan menyelesaikan                    tugas-tugasnya di rumah, maka lakukanlah di rumah, sehingga                    disamping dia mendapatkan ilmu dan menyelesaikan tugas, dia                    juga dapat membuat isteri dan anak-anaknya senang.                    Kesimpulannya, adalah disyari'atkan atas suami mengkhususkan                    waktu-waktu tertentu, meluangkan waktu untuk isterinya, agar                    sang isteri merasa tentram, memperlakukan isterinya dengan                    baik; terlebih lagi apabila tidak memiliki                    anak.
 
 Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam                    bersabda:
 "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik di antara                    kalian terhadap keluarganya. Dan saya adalah orang yang                    terbaik di antara kalian terhadap keluargaku."
 Rasulullah                    Shalallahu 'Alaihi Wassalam juga bersabda:
 "Orang yang                    paling sempurna imannya adalah yang tebaik akhlaknya di antara                    mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap                    isteri-isteri kalian." (HR. Tirmidzi)
 Sebaliknya, seorang                    istri juga disyari'atkan untuk membantu suaminya, misalnya                    menyelesaikan tugas-tugas studi ataupun tugas                    kantor.
 Hendaklah dia bersabar apabila suaminya memiliki                    kekurangan karena kesibukannya, sehingga kurang memberikan                    waktu yang cukup kepada isterinya.
 Berdasarkan firman                    Allah, hendaklah antara suami dan istri saling bekerjasama                    :
 "Tolong menolonglah kalian di atas kebaikan dan takwa."                    (QS. Al Maidah :2)
 
 Juga berdasarkan keumuman sabda Nabi                    Shalallahu 'Alaihi Wassalam:
 "Allah akan selalu menolong                    hamba-Nya selama hamba-Nya itu menolong saudaranya."                    (Muttafaqun 'alaihi, diterjemahkan dari buku Fatawa                    Islamiyyah)
 
 Nasihat Syaikh bin Baaz tersebut ditujukan                    kepada kedua belah pihak. Kepada suami hendaklah benar-benar                    tidak sampai melalaikan, dan kepada istri pun untuk bisa                    bersabar dan memahami apabila suaminya sibuk bukan untuk                    hal-hal yang tidak bermanfaat. Untuk para isteri, bisa juga                    mengoreksi diri mereka.
 Mungkin diantara sebab suami tidak                    kerasan di rumah karena memiliki isteri yang sering marah,                    selalu bermuka masam dan ketus apabila                    berbicara.
 
 Ketiga.
 Menampakkan wajah yang                    ceria
 Di antara cara untuk mempererat cinta kasih,                    hendaklah menampakkan wajah yang ceria. Ungkapan dengan bahasa                    wajah, mempunyai pengaruh yang besar dalam kegembiraan dan                    kesedihan seseorang. Seorang isteri akan senang jika suaminya                    berwajah ceria, tidak cemberut. Secara umum Nabi Shalallahu                    'Alaihi Wassalam bersabda:
 "Sedikit pun janganlah engkau                    menganggap remeh perbuatan baik, meskipun ketika berjumpa                    dengan saudaramu engkau menampakkan wajah ceria." (HR.                    Muslim)
 
 Begitu pula sebaliknya, ketika suami datang,                    seorang isteri jangan sampai menunjukkan wajah cemberut atau                    marah. Meskipun demikian, hendaknya seorang suami juga bisa                    memahami kondisi isteri secara kejiwaan. Misalnya, isteri yang                    sedang haidh atau nifas, terkadang melakukan tindakan yang                    menjengkelkan. Maka seorang suami hendaklah                    bersabar.
 
 Ada pertanyaan dari seorangb isteri yang                    disampaiakan kepada Syaikh bin Baaz, sebagai berikut:
 Suami                    saya-semoga Allah memaafkan dia-, meskipun dia berpegang teguh                    dengan agama dan memiliki akhlak yang tinggi serta takut                    kepada Allah, tetapi dia tidak memiliki perhatian kepada saya                    sedikitpun. Jka di rumah, ia selalu berwajah cemberut, sempit                    dadanya dan terkadang dia mengatakan bahwa sayalah penyebab                    masalahnya. Tetapi Allah lah yang mengetahui bahwa                    saya-alhamdulillah-telah melaksanakan hak-haknya. Yakni                    menjalankan kewajiban saya sebagai isteri. Saya berusaha                    semaksimal mungkin dapat memberikan ketenangan kepada suami                    dan menjauhkan segala hal yang membuatnya tidak suka.
 Saya                    selalu sabar atas tindakan-tindakannya terhadap                    saya.
 Setiap saya bertanya sesuatu kepadanya, dia selalu                    marah, dan dia mengatakan bahwa ucapan saya tidak bermanfaat                    dan kampungan. Padahal perlu diketahui, jika kepada                    teman-temannya, suami saya tersebut termasuk murah senyum.                    Sedangkan terhadap saya, ia tidak pernah tersenyum; yang ada                    hanyalah celaan dan perlakuan buruk. Hal ini menyakitkan dan                    saya merasa sering tersiksa dengan perbuatannya. Saya                    ragu-ragu dan beberapa kali berpikir untuk meninggalkan                    rumah.
 
 Wahai Syaikh, apabila saya meninggalkan rumah                    dan mendidik sendiri anak-anak saya dan berusaha mencari                    pekerjaan untuk membiayai anak-anak saya sendiri, apakah saya                    berdosa? Ataukah saya harus tetap tinggal bersama suami dalam                    keadaan seperti ini, (yaitu) jarang berbicara dengan suami,                    (ia) tidak bekerja sama dan tidak merasakan problem saya                    ini?
 
 
 Di jawab oleh Syaikh bin Baaz: "Tidak                    diragukan lagi, bahwa kewajiban atas suami isteri ialah                    bergaul dengan baik dan saling menampakkan wajah penuh dengan                    kecintaan.
 Dan hendaklah berakhlak dengan akhlak yang                    mulia, (yakni) dengan menampakkan wajah ceria, berdasarkan                    firman Allah:
 "Pergaulilah mereka dengan baik." (QS. An                    Nisa:19)
 Juga dalam surat Al Baqarah ayat 228:
 "Dan para                    wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut                    cara yang ma'ruf, akan tetapi, para suami mempunyai satu                    tingkatan kelebihan daripada isteri." (QS. Al Baqarah                    :228)
 
 Arti kelebihan disini, secara umum laki-laki                    lebih unggul daripada wanita. Tetapi nilai-nilai yang ada pada                    setiap individu di sisi Allah, tidak berarti laki-laki pasti                    derajatnya lebih tinggi. Sesungguhnya yang paling mulia                    diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling                    bertakwa.
 Dan berdasarkan sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi                    Wassalam:
 "Kebaikan itu adalah akhlak yang baik." (HR.                    Muslim)
 Dan berdasarkan sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi                    Wassalam:
 "Sedikitpun janganlah engkau menganggap remeh                    perbuatan baik, meskipun ketika berjumpa dengan saudaramu                    engkau menampakkan wajah ceria." (HR. Muslim)
 
 Juga                    berdasarkan sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam:
 "Orang                    yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya di                    antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik                    terhadap isteri-isteri kalian." (HR. Tirmidzi)
 
 Ini                    semua menunjukkan, bahwa motivasi berakhlak yang baik dan                    menampakkan wajah ceria pada saat bertemu serta bergaul dengan                    baik kepada kaum Muslimin, berlaku secara umum; terlebih lagi                    kepada suami atau isteri dan kerabat. Oleh karena itu, engkau                    telah berbuat baik dalam hal kesabaran dan ketabahan atas                    penderitaanmu, yaitu menghadapi kekasaran dan keburukan                    suamimu. Saya berwasiat kepada dirimu untuk terus meningkatkan                    kesabaran dan tidak meninggalkan rumah di karenakan hal itu.                    Insya Allah akan mendatangkan kebaikan yang banyak. Dan akibat                    yang baik, insya Allah diberikan kepada orang-orang yang                    sabar.
 
 Banyak ayat yang menunjukkan, barangsiapa yang                    bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya balasan yang baik itu                    bagi orang-orang yang bertakwa. Dan sesungguhnya Allah akan                    memberi ganjaran yang besar tanpa hisab kepada orang-orang                    yang sabar.
 Tidak ada halangan dan rintangan untuk bercanda                    dan bergurau, serta mengajak bicara suami dengan ucapan-ucapan                    yang dapat melunakkan hatinya, dan yang dapat menyebabkan                    lapang dadanya dan menumbuhkan kesadaran akan hak-hakmu.                    Tinggalkanlah tuntutan-tuntutan kebutuhan dunia (yang tidak                    pokok) selama sang suami melaksanakan kewajiban dengan                    memberikan nafkah dari kebutuhan-kebutuhan pokok, sehingga ia                    menjadi lapang dada dan hatinya tenang. Engkau akan merasakan                    balasan yang baik, insya Allah.
 
 Semoga Allah memberikan                    taufik kepada dirimu untuk mendapatkan kebaikan dan                    memperbaiki keadaan suamimu. Semoga Allah membimbingnya kepada                    kebaikan dan memperbaiki akhlaknya. Semoga Allah membimbingnya                    untuk dapat bermuka ceria dan melaksanakan                    kewajiban-kewajibannya kepada isterinya dengan baik.                    Sesungguhnya, Allah adalah sebaik-baik yang diminta, dan Dia                    adalah pemberi hidayah kepada jalan yang lurus. (Dinukil dari                    buku Fatawa Islamiyyah).
 
 Ini menunjukkan, bahwa seorang                    wanita diperbolehkan untuk mengeluh dan menyampaikan                    problemnya kepada orang yang alim, atau orang yang dianggap                    bisa menyelesaikan masalahnya. Hal ini tidak sama dengan                    sebagian wanita yang sering, atau suka menceritakan rahasia                    rumah tangganya, termasuk kelemahan dan keburukan suaminya                    kepada orang lain, tanpa bermaksud menyelesaikan                    masalahnya.
 
 Sehubungan dengan permasalahan ini, Syaikh                    Utsaimin mengatakan, bahwa apa yang disampaikan oleh sebagian                    wanita yang menceritakan keadaan rumah tangganya kepada                    kerabatnya, bisa jadi (kepada) orang tua isteri atau kakak                    perempuannya, atau kerabat yang lainnya, bahkan kepada                    teman-temannya, (hukumnya) adalah diharamkan. Tidak halal bagi                    seorang wanita membuka rahasia rumah tangganya dan keadaan                    suaminya kepada seorangpun. Karena seorang wanita yang                    shalihah adalah yang bisa menjaga dan memelihara                    kedudukanmartabat suaminya. Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam                    telah memberitakan, seburuk-buruk manusia kedudukannya disisi                    Allah pada hari Kiamat ialah seorang laki-laki yang suka                    menceritakan keburukan isterinya atau seorang wanita yang                    menceritakan keburukan suaminya.
 Meski demikian, jangan                    dipahami bahwa secara mutlak seorang wanita tidak boleh                    menceritakan keburukan seorang suami. Karena, pada masa Nabi                    Shalallahu 'Alaihi Wassalam pun ada seorang wanita yang datang                    kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam dan berkata:                    "Ya, Rasulullah. Suami saya adalah orang yang kikir, tidak                    memberi nafkah yang cukup bagi saya. Bolehkah saya mengambil                    darinya tanpa sepengetahuannya untuk sekedar mencukupi                    kebutuhan saya dan anak saya?"
 Mendengar penuturan orang                    ini, Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam menjawab:
 "Ambillah                    nominal yang mencukupi kebutuhanmu dan anakmu." (Muttafaqun                    'alaih)
 
 Keempat.
 Memberikan penghormatan dengan                    hangat kepada pasangannya
 Memberikan penghormatan dengan                    hangat kepada pasangannya, baik ketika hendak pergi keluar                    rumah ataupun ketika pulang. Penghormatan itu hendaklah                    dilakukan dengan mesra. Dalam beberapa hadits diriwayatkan,                    ketika hendak pergi shalat, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi                    Wassalam mencium isterinya tanpa berwudhu lagi dan langsung                    shalat. Ini menunjukkan, bahwa mencium isteri dapat mempererat                    hubungan antara suami isteri, meluluhkan kebekuan ataupun                    kekakuan antara suami isteri. Tentunya dengan melihat situasi,                    jangan dilakukan di hadapan anak-anak.
 
 Perbuatan                    sebagian orang ketika seorang isteri menjemput suaminya yang                    datang dari luar kota atau dari luar negeri, ia mencium pipi                    kanan dan pipi kiri di tempat umum. Demikian ini tidak tepat.                    Memberikan penghormatan dengan hangat tidak mesti dengan                    mencium pasangannya. Misalnya, seorang suami dapat memanggil                    isterinya dengan baik, tidak menjelek-jelekkan keluarganya,                    tidak menegur isterinya dihadapan anak-anak mereka. Atau                    seorang isteri, bila melakukan penghormatan dengan menyambut                    kedatangan suaminya di depan pintu. Apabila suami hendak                    bepergian, isteri menyiapkan pakaian yang telah disetrika dan                    dimasukkannya ke dalam tas dengan rapi.
 
 Suami hendaknya                    menghormati isterinya dengan mendengarkan ucapan isteri secara                    seksama. Sebab terkadang, ada sebagian suami, jika isterinya                    berbicara, ia justru sibuk dengan handphonenya mengirim sms                    atau sambl membaca Koran. Dia tidak serius mendengarkan ucapan                    isterinya. Dan jika menanggapinya, hanya dengan kata-kata                    singkat. Jika isteri mengeluh, suami mengatakan "hal seperti                    ini saja dipikirkan!"
 Meskipun sepele atau ringan, tetapi                    hendaklah suami menanggapinya dengan serius, karena bagi                    isteri mungkin merupakan masalah yang besar dan                    berat.
 
 Kelima.
 Hendaklah memuji pasangannya
 Di                    antara kebutuhan manusia adalah keinginan untuk di puji- dalam                    batas- yang wajar. Dalam masalah pujian ini, para ulama telah                    menjelaskan, bahwa pujian diperbolehkan atau bahkan dianjurkan                    dengan syarat-syarat: untuk memberikan motivasi, pujian itu                    diungkapkan dengan jujur dan tulus, dan pujian itu tidak                    menyebabkan orang yang dipuji menjadi sombong atau lupa                    diri.
 Abu Bakar As Siddiq radhiallahu amhu pernah di puji,                    dan dia berdoa kepada Allah: "Ya Allah, janganlah Engkau hukum                    aku dengan apa yang mereka ucapkan. Jangan jadikan dosa bagiku                    dengan pujian mereka, jangan timbulkan sifat sombong.                    Jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka, dan                    ampunilah aku atas perbuatan-perbuatan dosa yang mereka tidak                    ketahui."
 Perkataan ini juga di ucapkan oleh Syaikh Al                    Albani ketika beliau di puji-puji oleh seseorang dihadapan                    manusia. Beliau rahimahullah menangis dan mengucapkan                    perkataan Abu Bakar tersebut serta mengatakan: "Saya ini                    hanyalah penuntut ilmu saja".
 Seorang isteri senang pujian                    dari suaminya, khususnya dihadapan orang lain, seperti                    keluarga suami atau isteri. Dia tidak suka jika suami                    menyebutkan aibnya, khususnya dihadapan orang lain. Jika                    masakan isteri kurang sedap jangan                    dicela.
 
 Keenam.
 Bersama-sama melakukan tugas yang                    ringan
 Di antara kesalahan sebagian suami ialah, mereka                    menolak untuk melakukan sebagian tugas di rumah. Mereka                    mempunyai anggapan, jika melakukan tugas di rumah, berarti                    mengurangi kedudukannya, menurunkan atau menjatuhkan                    kewibawaannya di hadapan sang isteri. Pendapat ini tidak                    benar.
 Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam melakukan                    tugas-tugas di rumah, seperti menjahit pakaiannya sendiri,                    memperbaiki sandalnya dan melakukan tugas-tugas di rumah.                    Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dan terdapat                    dalam Jami'ush Shaghir.
 
 Terlebih lagi dalam keadaan                    darurat, seperti isteri sedang sakit setelah melahirkan.                    Terkadang isteri dalam keadaan repot, maka suami bisa                    meringankan beban isteri dengan memandikan anak atau menyuapi                    anak-anaknya. Hal ini disamping menyenangkan isteri, juga                    dapat menguatkan ikatan yang lebih erat lagi antara ayah dan                    anak-anaknya.
 
 Ketujuh.
 Ucapan yang baik
 Kalimat                    yang baik adalah kalimat-kalimat yang                    menyenangkan.
 Hendaklah menghindari kalimat-kalimat yang                    tidak menyenangkan, bahkan menyakitkan. Seorang suami yang                    menegur isterinya karena tidak berhias, tidak mempercantik                    diri dengan celak dimata, harus dengan ucapa yang baik.                    (Nasihat untuk akhwat yg berkeluarga atau ibu-ibu. Hendaknya                    wanita mempercantik diri dan berhias untuk suaminya. Yang                    terjadi, umumnya berdandan dan mempercantik diri kalau mau                    keluar rumah, atau kalau ada walimah, misalnya. Sedangkan di                    rumah, ia enggan mempercantik diri dan tampil seadanya.                    Padahal berdandan dan mempercantik diri untuk keluar rumah                    hukumnya haram.)
 
 Misalnya dengan perkataan "Mengapa                    engkau tidak memakai celak?" Isteri menjawab dengan kalimat                    yang menyenangkan: "Kalau aku memakai celak, akan mengganggu                    mataku untuk melihat wajahmu".
 Perkataan yang demikian                    menunjukkan ungkapan perasaan cinta isteri kepada suami.                    Ketika ditegur, ia menjawab dengan kalimat yang menyenangkan.                    Berbeda dengan kasus lain. Saat suami isteri berjalan-jalan di                    bawah bulan pernama, suami bertanya:"Tahukah engkau bulan                    purnama di atas?" Mendengar pertanyaan ini, sang isteri                    menjawab:"Apakah engkau lihat aku                    buta?"
 
 Kedelapan.
 Perlu berekreasi berdua tanpa                    membawa anak
 Rutinitas pekerjaan suami di luar rumah dan                    pekerjaan isteri di rumah membuat suasana menjadi keruh.                    Sekali-kali diperlukan suasana lain dengan cara pergi berdua                    tanpa membawa anak. Hal ini sangat penting, karena bisa                    memperbaharui cinta suami isteri. Kita mempunyai anak, lantas                    bagaimana caranya? Ini memang sebuah problem. Kita cari                    solusinya, jangan menyerah begitu saja.
 Bukan berarti                    setelah mempunyai anak banyak tidak bisa pergi berdua. Tidak!                    kita bisa meminta tolong kepada saudara, kerabat ataupun                    tetangga untuk menjaga anak-anak, lalu kita dapat pergi                    bersilaturahmi atau belanja ke toko dan lain sebagainya.                    Kemudian pada kesempatan lainnya, kita pergi berekreasi                    membawa isteri dan anak-anak.
 
 Kesembilan.
 Hendaklah                    memiliki rasa empati pada pasangannya
 
 Rasulullah                    Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
 "Perumpamaan kaum                    mukminan antara satu dengan yang lainnya itu seperti satu                    tubuh. Apabila ada satu anggota tubuh yang sakit, maka anggota                    tubuh yang lain pun ikut merasakannya sebagai orang yang tidak                    dapat tidur dan orang yang terkena penyakit demam." (HR.                    Muslim)
 Ini berlaku secara umum kepada semua kaum muslimin.                    Rasa empati harus ada. Yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh                    orang lain, termasuk kepada isteri atau suami. Jangan sampai                    suami sakit, terbaring ditempat tidur, isteri tertawa-tawa                    disampingnya, bergurau, bercanda. Begitu pula sebaliknya,                    jangan sampai karena kesibukan, suami kemudian kurang                    merasakan apa yang dirasakan oleh                    isteri.
 
 Kesepuluh.
 Perlu adanya                    keterbukaan
 Keterbukaan antara suami dan isteri sangat                    penting. Di antara problem yang timbul di keluarga, lantaran                    antara suami dan isteri masing-masing menutup diri, tidak                    terbuka menyampaikan problemnya kepada pasangannya. Yang                    akhirnya kian menumpuk. Pada gilirannya menjadi lebih besar,                    sampai akhirnya meledak.
 Inilah sepuluh tips untuk                    merekatkan hubungan suami isteri, sehingga biduk rumah tangga                    tetap harmonis dan tentram. Semoga bermanfaat, menjadi bekal                    keharmonisan keluarga.
 
 Sumber:http://assunnah-qatar.com/
 Diposkan oleh Muslimah Cirebon di                    21.14
 
   | 
1 comment:
Perkenankan saya melengkapi tulisan bagus ini... silahkan dilihat http://samarakita.net/2012/01/27/chemistry-cintasuami-isteri/
Post a Comment