Imam   ut Thariqah
Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband
Maulana Syaikh Nazim berkata tentang Maulana Syaikh   Bahauddin Naqsyaband (ral),
Maulana Syaikh Naqsyaband, Imam ut Thariqah adalah Pir. Pir berarti   Imam. Imam berarti Tiang. Dia   adalah Tiang utama Tarekat kita. Semoga Allah   memberkati Beliau dan memberkati kita semua di dunia ini dan akhirat   kelak. Maulana Syaikh Naqsyaband berkata   "Thariqathun isthufal khalqa jamii-an". Kita   mencoba mengikut dan menjadi pengikut. Ini adalah cara yang mudah dan enak untuk menuju kekuatan.   
Karena itu, setiap Tarekat memiliki   seorang Imam Tarekat. Imam-ut-Thariqah (Imam Tarekat) telah dikaruniai kekuatan untuk   membawa kita dari asfala safiliina ilaa alaa illiyyiin, dari tingkatan   terendah ke tingkatan tertinggi. Kalau hanya   mengandalkan kemampuan diri kita sendiri mustahil kita bisa mencapainya.   Anda tidak akan bisa terbang tanpa naik pesawat udara.   Dengan menumpang pesawat udara Anda bisa menempuh perjalanan   bahkan dari satu benua ke benua lainnya. Karena itu,   Anda harus menggunakan sarana (tarekat) ini untuk beranjak dari maqam terendah   Anda hingga ke maqam tertinggi yang mungkin   dicapai.
Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband   (ral) lahir di desa Qasr al-Arifan dekat Bukhara kota 
Bangun dari tidur setidaknya tiga jam sebelum subuh   aku mengerjakan rangkaian shalat sunah dan setelah itu ketika dalam keadaan   sujud aku memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa untuk memberiku kekuatan untuk   memikul Cinta Ilahiah Nya. Kemudian aku shalat subuh bersama   Syaikh ku. Kelihatannya Syaikh mengetahui apa   yang kuminta dalam sujudku, karena Beliau mengatakan kepadaku: Kamu harus   mengubah apa yang kau minta dalam sujudmu, karena Allah Yang Maha Kuasa tidak   suka hambaNya meminta kesukaran. Memang Dia memberi beberapa   kesulitan kepada mahlukNya untuk menguji mereka. Hal   ini berbeda. Seorang hamba tidaklah boleh meminta untuk   diberi kesulitan-kesulitan karena hal ini tidak menunjukkan penghormatan kepada   Allah. Karena itu ubahlah permohonan dalam sujudmu   dengan berdoa "untuk hambaMu yang lemah ini wahai Tuhanku, karuniakanlah   ridhoMu".
"Sepeninggal Syaikh Muhammad Baba   Samasi aku pergi ke Bukhara 
Maulana Syaikh Bahauddin (ral)   mengisahkan pengalamannya. "Suatu ketika aku sedang melakukan khalwat bersama seorang kawan   ketika tiba-tiba surga dan suatu pemandangan yang luar biasa ditampakkan   didepanku. Dalam visi itu kudengar suara berkata   "Tinggalkan semuanya dan datanglah ke Hadirat Kami sendirian". Aku mulai gemetar dan lari meninggalkan tempat khalwat ke suatu   tempat yang ada sungainya dan melompat ke dalam sungai itu. Aku mencuci   pakaianku lalu shalat dua rakaat dengan cara yang aku   belum pernah melakukan sebelumnya karena aku merasakan sedang shalat dihadapan   Hadirat Ilahi. Terjadi Penyingkapan (futuh) di hatiku   dan itu merupakan pembuka atas segala sesuatu. Seluruh   alam semesta lenyap dan aku tidak sadar akan apapun selain sedang shalat   dihadapan Hadirat Ilahi".
Selama lima 
Kisah ini luar biasa karena   biasanya orang patuh pada Perintah Ilahi dan tidak meminta pemenuhan keinginan   mereka sendiri. Biasanya tindakan   menolak untuk mematuhi Perintah Ilahi dan memaksa untuk mendapatkan apa yang diingini akan dianggap tidak adab. Walaupun pada awalnya ditolak, permohonan Maulana Syaikh Bahauddin   (ral) akhirnya dikabulkan. Permohonannya dikabulkan   mungkin karena Beliau memohon untuk kemaslahatan orang banyak dan bukan untuk   kepentingan diri sendiri.
Terasa egoku akan   mengalahkanku dan mengambil alih kendali perasaanku dengan mencoba meracuniku   dengan menggoyah keyakinanku yang tulus pada Syaikh ku. Bagaimana aku bisa menanggung malu dan rasa terhina seperti   ini? Lalu Rahmat Ilahi datang kepadaku sehingga aku   mampu menanggung ini semata-mata hanya demi Allah dan demi Syaikh ku.   Dengan tegas kukatakan pada egoku bahwa aku tidak akan   membiarkan egoku membuatku kehilangan cinta dan keyakinanku pada Syaikh   ku.
Lalu kurasakan depresi yang   mendalam melandaku. Langsung   kuarahkan diriku pada keadaan kerendahan hati, meletakkan kepalaku didepan pintu   masuk rumah Syaikh dan berjanji bahwa aku tidak akan   bergerak dari keadaan seperti itu sampai Beliau menerimaku lagi. Terasa salju dan angin dingin menyusup tulang yang membuatku   menggigil dan gemetar menahan dinginnya malam yang kelam. Bahkan tak tampak cahaya bulan dan bintang sedikitpun pun untuk   membuatku sedikit nyaman dan hangat. Tubuhku nyaris   membeku. Hanya hangatnya cinta kepada Allah Yang Maha   Kuasa dan kepada Syaikh ku saja yang   menghangatkanku.
Aku menanti dengan tetap dalam   keadaaan seperti itu hingga pagi hari. Lalu Syaikh ku melangkah keluar   rumah dan tanpa melihatku kakinya menginjak kepalaku. Ketika Syaikh melihatku, dengan cepat dibawanya aku masuk ke dalam   rumahnya dan dengan telaten serta penuh perhatian Beliau mencabuti duri dari   kakiku. Beliau berkata "Wahai anakku, hari ini kau telah dihiasi dengan   busana kebahagiaan dan Cinta Ilahi. Busana yang menghiasimu   ini belum pernah dikenakan oleh siapapun, baik diriku maupun Syaikh-syaikh   sebelumku. Allah dan Nabi Muhammad (sal) telah ridho   kepadamu. Demikian juga Para Auliya dalam silsilah   Rantai Emas, mereka semua telah ridho kepadamu". 
Sambil mencabuti duri-duri dari   kakiku dan membasuh luka di kakiku, Syaikh ku menuangkan kedalam hatiku   pengetahuan yang belum pernah kualami sebelumnya. Lalu dalam visiku kulihat diriku   memasuki rahasia dari Muhammadur RasuluLlah. Ini   berarti memasuki rahasia dari ayat yang merupakan Realitas Muhammad.   Setelah itu membawaku memasuki rahasia dari la ilaha illaLlah   yang merupakan rahasia dari Keesaan Allah. Kemudian   membawaku memasuki rahasia-rahasia dari nama-nama dan sifat-sifat Allah Yang   Maha Kuasa yang berada dalam rahasia dari Keesaan Allah. Tidak mungkin kata-kata bisa menerangkan keadaan yang kualami   ini. Hal ini hanya bisa dialami dengan merasakannya   melalui qalbu".
Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband   (ral) dididik oleh Syaikh Baba as Samasi dan Syaikh Sayyid Amir Kulal, keduanya   merupakan figur Syaikh terkemuka dari Rantai Emas Tarekat   Naqsyabandi. Beliau juga dididik   langsung oleh Grand Syaikh terkemuka lainnya dari Rantai Emas yang sama (yang hidup tidak sejaman dengan mereka). Kejadian ini   dikisahkan oleh Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband dalam tuturan berikut: Pada   awal mula langkahku menempuh Jalan Sufi aku biasa berjalan-jalan dimalam hari   dari satu tempat ke tempat lain di desa Bukhara 
Dalam keadaan murakabah   kulihat dalam dalam visiku tembok yang menghadap Ka'bah   runtuh. Seorang laki-laki   bertubuh raksasa kulihat sedang duduk diatas singgasana yang sangat besar. Aku merasa sangat familiar dengannya, sepertinya aku telah pernah   bertemu dengannya sebelumnya. Kemanapun aku   menghadapkan wajah kulihat orang ini. Disekeliling   orang ini ada Syaikh Baba Samasi and Sayyid Amir Kulal berkumpul bersama dengan   sekelompok besar orang yang hadir. Aku merasakan rasa   cinta yang mendalam kepada laki-laki bertubuh besar ini dan pada saat bersamaan   merasa takut padanya. Sosoknya memesona sekaligus   menakutkanku dan keindahannya penampilannya menimbulkan rasa cinta dan   ketertarikan. Aku bertanya pada diriku sendiri siapa   sebenarnya lelaki agung dan bertubuh besar ini. Tiba-tiba kudengar seseorang yang berada disekitar lelaki itu   berkata "Orang ini adalah Syaikh mu dan dialah yang menjagamu dalam jalur   spiritualmu. Dia mengawasi jiwamu sejak masih berupa   sebuah atom di Hadirat Ilahi. Kau telah dilatihnya   selama ini. Namanya adalah Abdul Khaliq Al Gujduwani   dan kumpulan orang yang terlihat disekelilingnya adalah para Auliya yang membawa   rahasia-rahasia besarnya, rahasia-rahasia dari Rantai Emas". Lalu Syaikh   Abdul Khalik mulai menunjuk masing-masing Syaikh yang ada disitu dan berkata   "Ini adalah Syaikh Ahmad, ini Arif ar-Riwakri, ini Syaikh Ali ar-Ramitani, ini   Syaikh mu Baba as Samasi yang memberimu jubah semasa hidupnya". Dia bertanya   padaku "Apakah kau mengenalnya?". Kujawab "Ya". Lalu Beliau berkata "Jubah yang diberikannya   kepadamu masih berada dirumahmu dan dengan perkenan Syaikh mu maka Allah Yang   Maha Kuasa telah menghapus banyak kesulitan-kesulitan yang semestinya   menimpamu". 
Lalu terdengar suara lain yang berkata "Syaikh yang duduk diatas yang singgasana itu akan   mengajarimu sesuatu yang kau butuhkan dalam menempuh jalan sufi ini". Aku bertanya kepada mereka apakah aku diperbolehkan menyentuh tangan   Beliau. Setelah diijinkan aku memegang tangan   Beliau. Lalu Syaikh Abdul Khaliq Al Gujduwani mulai mengajariku tentang   jalan sufi, permulaannya, pertengahan dan akhirnya.   Beliau berkata "Kau harus menyesuaikan sumbu hakikat dirimu   sehingga cahaya yang tak kasat mata akan diperkuat didalam dirimu dan   rahasia-rahasianya menampak. Kau harus menunjukkan   istiqomah dan harus menjaga Syariah Suci dari Nabi Muhammad (sal) pada apapun   keadaanmu". 
Beliau juga berkata "Kau harus   meninggalkan kesenangan hidup duniawi dan menjauhi perbuatan bid'ah dan pusatkan   dirimu hanya pada sunah-sunah Nabi Muhammad (sal). Kau harus menghayati dan menyelami   peri kehidupan Nabi Muhammad (sal) dan para sahabatnya. Kau harus mengajak orang untuk membaca dan mengikuti tuntunan Qur'an   baik siang maupun malam dan menegakkan shalat wajib serta semua ibadah   sunah. Jangan sekali-kali memandang rendah bahkan pada   hal-hal kecil dari perbuatan dan amal shalih Nabi   Muhammad".
Begitu Syaikh Abdul Khaliq al-Ghujduwani (ral)   menyelesaikan ucapannya, wakil Beliau berkata padaku   "Agar kau yakin bahwa visi yang kau lihat ini benar adanya Beliau akan   mengirimu suatu pertanda". Dijelaskan bahwa hal-hal dan kejadian-kejadian   tertentu akan terjadi sebagaimana mustinya terjadi dan   pada saat yang telah ditentukan. Demikianlah kejadian-kejadian   itu terjadi persis sebagaimana telah dikatakan kepada Maulana Syaikh Bahauddin   (ral) yang kemudian juga berbuat persis sebagaimana Beliau diperintahkan, hal   ini membuktikan kebenaran visi yang dialami Maulana Syaikh Bahauddin   (ral). Beliau juga diminta untuk memberikan jubah   Azizan kepada Sayyid Amir Kulal (ral). "Setelah visi   itu berakhir aku pulang kerumah dan mencari jubah itu dan bertanya kepada   keluargaku dimana adanya jubah itu. Mereka mengatakan   kepadaku bahwa jubah itu sudah berada disana sejak lama, sambil membawa jubah   itu dan menyerahkannya kepadaku. Aku mulai menangis   didalam hati ketika melihat jubah itu".
Setelah memenuhi segala hal yang   dikatakan dalam visiku, sebagaimana diperintahkan aku membawa jubah Azizan ke   Syaikh Sayyid Amir Kulal (ral) dan memberikan padanya. Setelah terdiam beberapa saat   Syaikh Amir Kulal berkata padaku "Aku diberitahu tentang jubah Azizan ini   semalam yaitu bahwa kamu akan membawa dan menyerahkannya padaku. Aku diperintahkan untuk menyimpannya dalam sepuluh lapis selubung   yang berbeda". Beliau lalu memintaku masuk ke dalam   kamarnya dan mengajarkan serta menempatkan didalam hatiku zikir tanpa   bersuara. Aku diminta untuk terus menerus berzikir   seperti itu siang dan malam. Aku terus mengamalkan   zikir ini yang merupakan bentuk tertinggi dari zikir.   
Aku juga berguru kepada ulama-ulama   lain untuk belajar Syariah dan sunah-sunah Nabi Muhammad (sal) dan juga mengkaji   sifat-sifat Nabi Muhammad (sal) dan para sahabatnya. Sejak aku melaksanakan apa-apa   yang diperintahkan dalam visiku, hidupku mengalami perubahan besar. Semua yang diajarkan oleh Syaikh Abdul Khaliq Al Gujduwani (ral)   dalam visi itu bermanfaat bagiku dan membuahkan hasil. Ruh Beliau selalu menyertaiku dan mendidikku. Syaikh Abdul Khaliq Al Gujduwani (ral) adalah salah satu dari   beberapa Guru/Syaikh dari Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral) walaupun   Syaikh Abdul Khaliq Al Gujduwani (ral) hidup dimasa sebelum jaman Maulana Syaikh   Naqsyaband (ral). Hubungan ini dalam dunia sufi   dikenal sebagai Hubungan Uwaisy, yang berarti bimbingan dan hubungan spiritual   terjadi walaupun masing-masing berasal dari jaman yang berbeda. Syaikh Abdul Khaliq Al Gujduwani (ral) juga merupakan salah satu   Syaikh dari Rantai Emas Tarekat Naqsyabandi.
Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband   (ral) juga mengikuti dan belajar pada Mawlana Arif ad-Din Karani selama tujuh   tahun. Setelah   itu Beliau mengikuti Maulana Kuthum Syaikh selama beberapa tahun. Beliau juga menyertai seorang darwis bernama Khalil Ghirani yang   tentangnya Beliau berkata "Selama menyertai Syaikh Khalil Ghirani banyak   pengetahuan baru yang selama ini tersembunyi mulai tersingkap di hatiku dan   Beliau selalu menjagaku, memujiku dan mengangkat derajatku". Ada Kekasih Allah lainnya yang disebut oleh Maulana Syaikh Bahauddin   Naqsyaband (ral) "Beliau memerintahkanku untuk menolong dan melayani orang   miskin dan menolong mereka yang sedang hancur hatinya. Beliau memintaku untuk rendah hati dan bersikap toleran.   Beliau juga mengatakan padaku untuk menyayangi hewan-hewan dan   menyembuhkan sakit dan luka mereka dan memberi mereka   makanan".
Maulana Syaikh Bahauddin Naqshband (ral) mengisahkan   tentang kejadian lain yang masih berhubungan dengan   jubah Azizan. "Suatu hari aku sedang berada di kebunku dan   dikelilingi oleh murid-muridku. Aku mengenakan jubah   Azizan. Tiba-tiba aku diliputi oleh rahmat dan tarikan   surgawi dan kurasakan diriku dihiasi dengan busana sifat-sifat Allah Yang Maha   Kuasa. Kurasakan diriku mulai gemetar sedemikian rupa   yang tak pernah kualami sebelumnya sehingga aku tak mampu lagi berdiri.   Lalu tampak olehku visi yang luar biasa dimana keberadaanku sama sekali lenyap (fana) dan aku tidak melihat apapun   kecuali Wujud Tuhanku.
Lalu kulihat diriku keluar dari   Hadirat Ilahiah-Nya yang tampak terpantul dari cermin Muhammadur RasuluLlah yang   berbentuk sebuah bintang dalam samudra cahaya tanpa batas. Wujud luarku lenyap dan kusaksikan   makna sesungguhnya dari la ilaha illaLlah Muhammadur Rasulullah. Kemudian   kusaksikan makna sejati dari nama-nama Allah yang kemudian membawaku kepada Yang   Maha Ghaib yang merupakan esensi dari nama Allah 'Huwa"   (Dia). Begitu aku memasuki samudra ini jantungku berhenti   berdetak dan hidupku berakhir. Aku berada dalam keadaan   mati. Semua orang yang berada disekelilingku mulai   menangis karena mengira aku sudah meninggal dunia. Akan tetapi setelah   kitra-kira enam jam aku diperintahkan untuk kembali ke ragaku. Aku bisa menyaksikan ruhku kembali memasuki ragaku perlahan-lahan   dan visi itu berakhir".
Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband   (ral) juga mengatakan kalau Beliau menerima rahasia-rahasia spiritual dari   berbagai pihak dan khususnya dari Uways al-Qarani (ral) yang memberi pengaruh   besar dalam hal meninggalkan keduniawian dan melekatkan diri Beliau kepada   hal-hal spiritual (ukhrowi). Beliau berkata "Aku melakukan ini   dengan menjaga sunnah dan perintah-perintah Nabi Muhammad (sal) sampai aku mulai   menyebarkan hikmah dan dikarunia rahasia-rahasia Ilahiah dari yang Maha Esa yang   tidak pernah diberikan pada seorangpun   sebelumku".
Dihari-hari akhir masa hidupnya   Maulana Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral) lebih sering mengurung diri di   kamarnya. Banyak orang yang datang mengunjungi Beliau. Semakin banyak orang yang berkunjung ketika sakit Beliau semakin   parah. Saat ajal Beliau makin dekat, Beliau   memerintahkan agar dibacakan Surah Yaasin. Selesai   dibacakan Surah Yaasin Beliau mengangkat tangan sambil membaca Dua Kalimah   Syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad (sal)   adalah Utusan Allah. Dengan Syahadat ruh suci Beliau   kembali kepada Allah. Ketika itu tanggal 3 Rabiul   Awwal, 791 H/1388 M, pada hari Senin malam. Sesuai permintaannya Beliau   dimakamkan di taman miliknya. Mengenai kejadian ini   seorang Wali Agung masa itu Abdul Wahab asy-Syarani berkata: Ketika Syaikh   dimakamkan di makamnya terbukalah untuk Beliau sebuah jendela ke surga, sehingga   makamnya menjadi sebuah taman surga. Dua mahluk   spiritual berpenampilan memesona datang dan memberi salam kepada Beliau sambil berkata "Kami telah menanti sekian   lama untuk melayani Anda sejak Allah menciptakan kami dan sekarang waktunya   telah tiba bagi kami untuk melayani Anda", terhadap ucapan ini Maulana Syaikh   Bahauddin Naqsyaband (ral) menjawab "Aku tidak butuh apapun selain Dia. Aku   tidak butuh kamu, aku butuh Dia". Dengan cara seperti   itu Beliau mangkat. 
Itulah kisah kebesaran dari Pir   atau Tiang dari Tarekat Naqsyabandi yang mulia. Tarekat ini sebelum jaman Beliau   dikenal sebagai Tarekat Siddiqiyah. Setelah Maulana Syaikh Bahauddin   Naqsyaband (ral), tarekat ini dikenal sebagai Tarekat   Naqsyabandiyah.
Semoga Allah merahmati Maulana   Syaikh Bahauddin Naqsyaband (ral).
Amiin.
sumber : milis muhibbun naqshabandi
 

