Seorang pencari merasakan  kegelisahan luar biasa ketika ia membaca sebuah kalimat: "Tuhan tidak  menciptakan manusia, manusia yang menciptakan Tuhan". Ia merasakan sebuah  guncangan yang membuat hatinya seperti berderak retak. Semua kesalihan yang  selama ini ia perjuangkan seperti tidak berarti. Apalagi kalimat itu diikuti  oleh kalimat-kalimat berikutnya yang menerangkan bagaimana Tuhan diciptakan oleh  manusia dalam sejarah. 
 Pencari memutuskan untuk kembali mencari. Ia mendatangi berbagai tokoh yang  diyakini bisa menjawab kegelisahannya.
 Pertama ia hadir di serambi rumah seorang filsuf yang terkenal bijak. Ia  berkata,"wahai filsuf, terangkan padaku tentang Tuhan, dan apakah ia diciptakan  atau menciptakan manusia."
 Filsuf tersenyum. Sudah lama ia tidak mendapatkan pertanyaan seperti itu.  Filsafat yang ia tekuni semakin lama semakin jarang membicarakan ketuhanan.  Karena bagi sebagian besar filsuf telah jelas bahwa tuhan sudah mati dan manusia  telah dibebaskan dari konsep mengada-ada tersebut. Namun, jauh di lubuk hati  terdalamnya, sang filsuf sebenarnya menyimpan ruang untuk mempertanyakan lagi  kesimpulan itu. Dan sekarang, dia bahagia mendapat rekan bicara yang mengusik  kuburan Tuhan di hatinya. Mungkinkah Tuhan bangkit dari kematian hari ini?  
 "Tuhan sudah lama mati. Dan hari ini engkau membangkitkan dia dari  kuburnya," kata sang filsuf 
 "Apa maksudmu?"pencari tercengang
 "Ia telah kukubur jauh dalam hatiku yang terdalam dan pertanyaanmu  membuatnya bangkit dari dunia kematian."
 "Sebuah pernyataan yang aneh. Tapi baiklah, aku terbiasa mendengar filsuf  meributkan hal-hal aneh. Bagaimanapun, tolong jawab pertanyaanku. Apakah tuhan  diciptakan atau menciptakan"
 "Aku tidak tahu. Sebagian manusia mengira satu hal, sebagian lagi mengira  hal yang lain. Tapi tidak pernah ada yang tahu yang mana yang paling mewakili  realitas. Itupun kalau tuhan memang sebuah realitas, baik realitas bentukan  manusia atau realitas yang ada dengan sendirinya."Filsuf nampak  bersemangat
 "Bagaimana menurut anggapanmu sendiri"pencari mulai tidak sabar.
"Kalau engkau meminta anggapanku, maka anggapanku adalah dibuat oleh diriku dan percakapan ini. Dengan demikian engkau berhadapan dengan tuhan yang diciptakan. Beginilah jawabanku."
 "Kalau engkau meminta anggapanku, maka anggapanku adalah dibuat oleh diriku dan percakapan ini. Dengan demikian engkau berhadapan dengan tuhan yang diciptakan. Beginilah jawabanku."
"Engkau benar. Aku tak dapat menemukan tanda-tanda tuhan tidak diciptakan  bila aku memintanya melalui anggapanmu. Berikan aku saranmu, wahai  filsuf."
 "Pergilah ke ahli kitab suci. Barangkali di sana engkau akan menemukan hal  lain,"filsuf memutuskan mengakhiri pembicaraan karena ia khawatir tak dapat  berkata-kata lebih lanjut. Semata-mata karena ia terlalu gembira mendapat  kesempatan berbicara lagi tentang Dia yang telah terkubur lama.
 Demikianlah, Tuhan membuat gembira orang yang mengingatNya. Meski dengan  cara yang berbeda dari yang Ia sendiri kehendaki. 
 Pencari mendatangi seorang ahli kitab suci. Ia menanyakan hal yang sama.  
 "Tertulis dalam kitab bahwa Tuhan memiliki kasih dan kemurahan yang tidak  terbatas. Ia juga menciptakan alam dalam 6 masa, lalu di masa yang 7 dia  beristirahat," dengan sangat otoritatif sang ahli kitab suci menjelaskan. 
 "Apakah yang diciptakan termasuk manusia?"
 "Tentu saja, alam di sini adalah alam besar dan alam kecil, yaitu  manusia."
 "Apakah tidak ada kemungkinan lain?"
 "Tidak ada," lalu ahli kitab suci menerangkan berbagai ayat dan sitiran  ucapan nabi-nabi tentang siapa itu tuhan. Tidak lupa ia menambahkan kata-katanya  sendiri sebagai penafsiran. 
 "Hmm..penjelasanmu menarik. Dan karenanya aku yakin bahwa tuhan yang kau  gambarkan memang diciptakan." Pencari berujar dengan mantap
 "Hey! Jangan sembarangan. Dari tadi aku menguraikan keagungan Tuhan dan  bagaimana Dia begitu mengasihi ciptaanNya yang bernama manusia. Bagaimana  mungkin kau berkesimpulan Dia diciptakan?"
 "Aku melihatmu menciptakan Tuhan melalui penjelasan dan penafsiranmu. Oh  wahai ahli kitab suci, aku tidak menemukan Tuhan melainkan Tuhan yang kau  rancang dari analisismu. Tuhan yang lahir dari olah pikirmu. Sesungguhnya jutaan  orang lain bisa memiliki olah pikir yang berbeda. Dan dengan begitu, terciptalah  jutaan tuhan di kepala kalian masing-masing."
 "Tapi bukankah aku menjelaskannya dengan dasar dari kitab-kitab suci dan  sitiran kata-kata Nabi-Nabi."
 "Dan engkau menambahnya dengan tafsiran-tafsiranmu. Kajian-kajian mu.  Kesimpulan-kesimpulanmu. Ketika aku melihatnya secara keseluruhan, maka aku  mengerti bahwa engkau menciptakan Tuhanmu sendiri. Ijinkan aku undur diri karena  pembicaraan ini telah mencapai puncak kesimpulan."
 Lalu pencari mendatangi seorang anak kecil dan menanyakan pertanyaan yang  sama. Anak kecil itu bahkan tidak mengenal Tuhan. Pencari menyimpulkan bahwa  anak itu belum menciptakan Tuhan. Dan ia semakin yakin bahwa Tuhan memang ada  karena diciptakan. Ia terus menerus bertanya pada berbagai macam jenis orang dan  dari jawaban yang berbeda-beda ia makin beriman pada konsep Tuhan yang  diciptakan. Bagaimana mungkin setiap orang memiliki perbedaan uraian bila tidak  karena mereka merancang dan mengkonstruksi uraian-uraian tersebut. Artinya,  tuhan memang dirancang oleh pikiran-pikiran itu. 
 Dalam perjalan pulang, pencari yang merasa telah menemukan apa yang ia  cari, bertemu seorang pemuda. Raut mukanya nampak cerah dan hangat. Mereka duduk  bersama dan berbincang-bincang. Pemuda itu mengajak mampir ke rumahnya. Mereka  berbincang lebih lama lagi sampai akhirnya pencari menceritakan alasan  perjalanannya. 
 "Apakah engkau benar-benar mempercayai kesimpulanmu, wahai pencari?" tanya  si pemuda
 "Bagaimana aku dapat mengelak dari segala pengalaman itu? Mereka begitu  jelas memberiku keterangan."
 "Apakah engkau sungguh tidak memiliki lagi perasaan rindu pada Tuhan yang  tidak diciptakan tapi ada dengan sendirinya?"
 Pencari terdiam sejenak. Mencari sesuatu yang hilang namun baru  disadarinya. 
 "Wahai pencari. Berhentilah mencari untuk mendapatkan sesuatu. Mencarilah  untuk mengenyahkan segala yang engkau miliki. Fakirlah engkau dalam dunia ini.  Maka engkau akan menemukan Tuhan yang sejati. Tuhan yang menciptakan, bukan  diciptakan."
 "Apa maksudmu?"
 "Bukankah selama ini engkau mencari jawaban? Berjalan ke sana kemari untuk  mendapatkannya? Apa yang engkau dapat?"
 "Bahwa tuhan itu diciptakan."
 "Demikianlah kemalangan yang diperoleh dari mereka yang menginginkan  sesuatu dalam pencariannya. Sesungguhnya Tuhan sejati tidak bisa engkau temui  dengan cara seperti itu. Pencerahan ilmu bukan jalan untuk itu. Pencerahan diri  pun bukan sarana menemukan Tuhan sejati. Engkau harus buang semua yang kau  miliki termasuk semua yang kau peluk erat dalam hati dan akalmu."
 "Bagaimana mungkin? Aku tidak bisa melupakan pengalaman-pengalamanku. Aku  tidak bisa mengenyahkan pengetahuan-pengetahuan yang kuraih selama  perjalananku."
 "Oleh karenanya kau tidak akan pernah menemukan Tuhan yang kau rindukan.  Kau akan selamanya terjebak pada tuhan-tuhan yang diciptakan orang ketika mereka  seolah menemukan tuhan sejati."
 "Wahai pemuda, ajari aku lebih lanjut.Ceritakan padaku tentang apa itu  Tuhan sejati."
 "Pencari! Tuhan sejati tidak bisa diceritakan. Ia tidak hadir oleh karena  kata-kata. Buang semua yang kau punya. Maka ketika hatimu kosong dari segala  sesuatu, Tuhan sejati dengan mudah akan menjamahmu. Jangan kau ceritakan apa  rasanya dan apa yang kau alami, jangan pula engkau jelaskan apa-apa pada orang  lian."
 Pencari terdiam menatap pemuda.
 "Sesungguhnya penjelasanmu, bukanlah Tuhanmu. Pahami itu."
 Pencari mengerti. Tuhan sejati bukan dicari, tapi dipersiapkan  kehadiranNya.
 Sumber : Handriatno Waseso facebook
