Monday, January 28, 2008

Fw: The Meaning of Love

From: WIYOSO HADI
Sent: Tuesday, January 22, 2008 5:11 PM
BismillahirRahmaanirRahiim
Alkisah Sunan Kudus dihadang oleh seorang Jawara Berandal yang tidak suka dengan gerakan dakwah Sunan Kudus. "Hentikan dakwahmu atau saya bunuh kamu hai anak muda, dengan mudah!" hardik si Jawara Berandal dengan sombong. Sunan Kudus menjawab,"Silakan Tuan coba hentikan saya bila Tuan tidak suka."
Marahlah si Jawara Berandal dan menyerang Sunan Kudus. Sunan Kudus dengan sigap menangkis serangan lawan dan dalam berapa jurus membuat lawan terluka tak berdaya untuk berdiri lagi. Melihat si lawan terluka parah, Sunan Kudus membopongnya membawanya ke pendopokannya. Dengan telaten dan sabar diobatilah si Jawara Berandal itu dengan kedua tangannya beliau sendiri. Hingga suatu pagi saat Sunan Kudus menjenguk ke bilik dimana si Jawara Berandal itu dirawat, tampak si Jawara Berandal sudah berdiri segar bugar dengan sebilah senjata tajam di tangannya. Saat itu, Sunan Kudus menjenguk dengan tangan kosong.
Didekatilah Sunan Kudus, dan berkatalah si Jawara, "Mengapa kamu hai Anak Muda tidak membunuhku saat ada kesempatan. Apakah kau percaya bahwa aku tidak akan membalas kekalahanku dulu dan mencoba membunuhmu lagi?"
Sunan Kudus menjawab, "Tidak! Saya tidak percaya bahwa Tuan tidak akan membalas dendam dan mencoba lagi untuk membunuhku. Tapi, saya percaya kepada Allah (hu Ahad Allahu Fattah), bahwa Allah dapat Membuka Hati Tuan dan membuat Tuan kembali (tawbat/tobat) kepada-Nya... 'insya Allah."
Mendengar itu, seketika si Jawara Berandal melepas senjata tajamnya dan tertunduk. Sunan Kudus lalu megang bahu kekarnya dan berkata,"Tuan, Saudaraku, ikuti ucapanku: Laa ilaaha illallaah Muhammad-ar-Rasulullah."Dengan terbata menahan luapan emosi penyesalan, si Jawara mengucap,"Laa ilaaha illallaah.... Muhammad-ar-Rasulullah..." dan semenjak itu ia menjadi salah satu murid Sunan Kudus yang setia dan terpercaya hingga akhir hayat.
Where there is Love, there is Trust
Where there is Trust, there is LOVE
Love to be faithful and to help each other
LOVE due to Allah
"Fabimaa rahmatin minallaahi linta lahum walaw kunta fazhzhan ghaliizhal-qalbi lamfadhdhuu min hawlika fa'fu'anhum wastaghfir-lahum wasyaawirhum fil-amri fa-idzaa 'azamta fatawakkal 'alaallaahi innallaaha yuhibbul-mutawakkiliin."
Artinya: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya."
{QS. Ali 'Imraan [3] ayat 159}
Baraka Allah. Amien.

Friday, January 25, 2008

Dua buah Kutub

Saat kembali ke kota kelahiran, saya menyempatkan diri untuk berjumpa dengan beberapa kawan lama diantaranya adalah dua bersaudara yang salah satunya berada di panti rehabilitasi narkoba sedangkan saudara lainnya adalah seorang pengusaha otomotif yang terbilang sukses.
Diantara kawan-kawan seumur, hal ini sering menjadi bahan pergunjingan mengapa dua bersaudara yang berasal dari orang tua yang sama, dibesarkan dalam lingkungan yang sama, dapat menjadi sangat berbeda.
Kunjungan saya ke panti rehabilitasi dimana kawan saya itu berada cukup membuat dia terhibur. Dalam salah satu perbincangan dia menjawab pertanyaan klise saya "Ya, semua ini gara-gara Ayah saya"
Dengan lirih dia meneruskan ucapannya "Ayah saya seorang pemabuk dan penjudi, keluarga saya bangkrut dan berantakan, dia hanya memikirkan dirinya sendiri, sama sekali tak pernah memikirkan saya"
Masih tertunduk lesu dan katanya lagi "Apa yang bisa diharapkan dari saya hasil dari sebuah keluarga yang berantakan ini?"
Sehari sebelum kembali ke Jakarta , saya masih sempat menemui saudaranya yang siang itu berada di show-room-nya yang cukup besar dengan aneka mobil terpajang.
Ditengah kegembiraan karena lama tidak berjumpa, salah satu pembicaraan kami adalah tentang saudaranya yang ada di panti rehabilitasi narkoba.
Pertanyaan spontan pun mengalir dari bibir saya "Apa yang membuat kamu berbeda dengan saudaramu dan bisa sukses seperti sekarang ini?"
Nampak dia menghela nafas kemudian dia berkata "Sudah terlalu banyak penderitaan dalam kehidupan saya dan keluarga kami, saya hanya bertekad untuk mengakhirinya"
"Saya benar-benar tidak ingin bernasib seperti Ayah saya dan ingin membahagiakan Ibuku, itulah tekad saya selama ini"
Keduanya mendapatkan kekuatan dan motivasi dari sumber yang sama, bedanya adalah yang seorang memanfaatkannya secara positif, dan seorang lainnya menggunakannya secara negatif.
"Mereka yang positif tak peduli segelap apapun keadaannya, kepalanya selalu tegak serta menengadah melihat semua kemungkinan dan semua itu ada dihadapannya. "

Wednesday, January 23, 2008

Time Management : Toples dan Batu

Suatu hari, seorang ahli 'Manajemen Waktu'
berbicara di depan sekelompok
mahasiswa bisnis, dan ia memakai ilustrasi yg tidak akan dengan mudah
dilupakan oleh para siswanya.

Ketika dia berdiri dihadapan siswanya dia mengeluarkan toples
berukuran galon yg bermulut cukup lebar, dan meletakkannya di atas
meja.



Lalu ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam
tangan dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu kedalam toples.



Ketika batu itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada
batu lagi yg muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya:
"



Apakah toples ini sudah penuh?"

Semua siswanya serentak menjawab, "Sudah!"

Kemudian dia berkata, "Benarkah?"

Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil.

Lalu dia memasukkan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit
mengguncang-guncangkannya, sehingga kerikil itu mendapat tempat
diantara celah-celah batu-batu itu.



Lalu ia bertanya kepada siswanya sekali lagi:
"Apakah toples ini sudah
penuh?"



Kali ini para siswanya hanya tertegun,"Mungkin belum!", salah satu
dari siswanya menjawab.



"Bagus!" jawabnya.



Kembali dia meraih kebawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir.
Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan
mudah langsung memenuhi ruang-ruang kosong diantara kerikil dan
bebatuan.



Sekali lagi dia bertanya, "Apakah toples ini sudah penuh?"



"Belum!" serentak para siswanya menjawab. Sekali lagi dia berkata,
"Bagus!"



Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menyiramkan air ke dalam
toples,sampai toples itu terisi penuh hingga ke ujung atas.



Lalu si Ahli Manajemen Waktu ini memandang kepada para siswanya dan

bertanya: "Apakah maksud dari ilustrasi ini?"



Seorang siswanya yg antusias langsung menjawab, "Maksudnya, betapapun
penuhnya jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih dapat menyisipkan
jadwal lain kedalamnya!"



"Bukan!", jawab si ahli, "Bukan itu maksudnya.

Sebenarnya ilustrasi ini mengajarkan kita bahwa :



JIKA BUKAN BATU BESAR YANG PERTAMA KALI KAMU MASUKKAN, MAKA KAMU TIDAK
AKAN PERNAH DAPAT MEMASUKKAN BATU BESAR ITU KE DALAM TOPLES TERSEBUT.



"Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin
anak-anakmu,
suami/istrimu,orang-orang yg kamu sayangi,
persahabatanmu, kesehatanmu,
mimpi-mimpimu. Hal-hal yg kamu anggap paling
berharga dalam hidupmu.

Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar
tersebut sebagai yg
pertama, atau kamu tidak akan pernah punya waktu
untuk memperhatikannya.

Jika kamu mendahulukan hal-hal yang kecil dalam
prioritas waktumu, maka
kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal yang
kecil, kamu tidak akan punya
waktu untuk melakukan hal yang besar dan berharga
dalam hidupmu".

"Sebab kehidupan tidak berjalan mundur, pun tidak
tenggelam dimasa lampau"

Tuesday, January 22, 2008

Berbuat Baiklah Dan Anda Akan Menerima Yang Lebih Baik Lagi

Bertahun-tahun dahulu, pada malam hujan badai, seorang laki-laki tua dan istrinya masuk ke sebuah lobby hotel kecil di Philadelphia. Mencoba menghindari hujan, pasangan ini mendekati meja resepsionis untuk mendapatkan tempat bermalam.
"Dapatkan anda memberi kami sebuah kamar disini ?" tanya sang suami. Sang pelayan, seorang laki-laki ramah dengan tersenyum memandang kepada pasangan itu dan menjelaskan bahwa ada tiga acara konvensi di kota.
"Semua kamar kami telah penuh," pelayan berkata. "Tapi saya tidak dapat mengirim pasangan yang baik seperti anda keluar kehujanan pada pukul satu dini hari. Mungkin anda mau tidur di ruangan milik saya ?
Tidak terlalu bagus, tapi cukup untuk membuat anda tidur dengan nyaman malam ini."Ketika pasangan ini ragu-ragu, pelayan muda ini membujuk. "Jangan khawatir tentang saya. Saya akan baik-baik saja," kata sang pelayan. Akhirnya pasangan ini setuju.
Ketika pagi hari saat tagihan dibayar, laki-laki tua itu berkata kepada sang pelayan, "Anda seperti seorang manager yang baik yang seharusnya menjadi pemilik hotel terbaik di Amerika. Mungkin suatu hari saya akan membangun sebuah hotel untuk anda." Sang pelayan melihat mereka dan tersenyum. Mereka bertiga tertawa. Saat pasangan ini dalam perjalanan pergi, pasangan tua ini setuju bahwa pelayan yang sangat membantu ini sungguh suatu yang langka, menemukan sesorang yang ramah bersahabat dan penolong bukanlah satu hal yang mudah.
Dua tahun berlalu. Sang pelayan hampir melupakan kejadian itu ketika ia menerima surat dari laki-laki tua tersebut. Surat tersebut mengingatkannya pada malam hujan badai dan disertai dengan tiket pulang-pergi ke New York, meminta laki-laki muda ini datang mengunjungi pasangan tua tersebut. Laki-laki tua ini bertemu dengannya di New York, dan membawa dia kesudut Fifth Avenue and 34th Street. Dia menunjuk sebuah gedung baru yang megah di sana, sebuah istana dengan batu kemerahan, dengan menara yang menjulang ke langit.
"Itu," kata laki-laki tua, "adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk engkau kelola".


"Anda pasti sedang bergurau," jawab laki-laki muda. "Saya jamin, saya tidak," kata laki-laki tua itu, dengan tersenyum lebar.
Nama laki-laki tua itu adalah William Waldorf Astor, dan struktur bangunan megah tersebut adalah bentuk asli dari Waldorf-Astoria Hotel.
Laki-laki muda yang kemudian menjadi manager pertama adalah George C. Boldt. Pelayan muda ini tidak akan pernah melupakan kejadian yang membawa dia untuk menjadi manager dari salah satu jaringan hotel paling bergengsi di dunia.
Pelajarannya adalah.... perlakukanlah semua orang dengan kasih, kemurahan dan hormat, Insyaallah nanti Anda akan mendapatkan kemudahan dan pembalasan kebaikan yang lebih dari yang Anda perbuat.
diambil dari sini